Proyek Shinkansen Jepang Harus Pindahkan Mata Air Sungai yang Menghidupi 600.000 Penduduk
Masalah terbesar adalah pembangunan Zona Industri Shizuoka dari Terowongan Alps Selatan yang membentang melalui pegunungan dengan ketinggian 3.000 m.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Rencana konstruksi untuk Linear Chuo Shinkansen ternyata harus memindahkan sumber mata air yang digunakan bagi 600.000 orang penduduk di Perfektur Shizuoka.
"Mata air itu dipindahkan sementara selama proyek berlangsung, lalu kalau sudah selesai dikembalikan lagi ke Sungai Oi di Shizuoka. Namun warga setempat masih belum percaya kemampuan JR Tokai untuk itu," ungkap sumber Tribunnews.com, Sabtu (27/6/2020).
Pembicaraan antara direksi JR Tokai yang akan membangun proyek kereta cepat 500 km per jam itu dengan Gubernur Shizuoka, Kawakatsu, Jumat (26/6/2020) kemarin ternyata masih menghasilkan sesuatu yang mengambang sehingga akan memperlambat proyek.
Masalah terbesar adalah pembangunan Zona Industri Shizuoka dari Terowongan Alps Selatan yang membentang melalui pegunungan dengan ketinggian 3.000 meter.
Perfektur berpendapat bahwa sejumlah besar mata air akan meluap selama pekerjaan penggalian, yang akan mengurangi aliran Sungai Oi, yang digunakan oleh orang-orang perfektur untuk air domestik dan pertanian.
Sisi JR sejauh ini menunjukkan rencana untuk mengembalikan mata air ke Sungai Oi dengan pompa dan teknologi yang dimilikinya, tetapi penduduk setempat belum yakin akan hal tersebut.
Pada pertemuan kemarin, Gubernur Kawakatsu menekankan bahwa "air Sungai Oi adalah air kehidupan 600.000 orang (penduduk sekitar)," dan menunjukkan sikap menarik langkah persetujuannya.
Sekitar 90 persen dari rute linear adalah terowongan.
Baca: Mulai 28 Mei Tidak Ada Reservasi Kursi Pada Kereta Shinkansen Jepang
Baca: Bayi Berusia Satu Tahun di Jepang Terluka Saat Rumahnya Tertimpa Truk Crane
Pada tahun 2014, perfektur membentuk pertemuan ahli untuk memantau dampak konstruksi terhadap ekosistem.
Namun, langkah-langkah lingkungan yang disajikan oleh JR Tokai tidak diterima sebagai "data ilmiah yang buruk", dan keterlambatan berlanjut selama lima tahun atau lebih.
Negara juga berusaha membantu memecahkan masalah tersebut.
Pada pertemuan pakar yang diselenggarakan oleh bendera Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata, pada pertemuan pertama pada akhir April 2020, Presiden JR Tokai, Kaneko mengkritik perfektur karena "memaksakan tuntutan terlalu tinggi" dan menarik komentarnya.
Ada juga tindakan meminta maaf.