Dukung Black Lives Matter, L'Oreal Hilangkan Kata Pemutih dan Bercahaya dalam Produk Skincarenya
Produk kecantikan terkemuka dunia, L'Oreal, berencana menghapus kata pemutih dari semua produk perawatan kulitnya.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Produk kecantikan terkemuka dunia, L'Oreal, berencana menghapus kata pemutih dari semua produk perawatan kulitnya.
Perusahaan yang berbasis di Paris itu membuat keputusan setelah protes global terhadap rasisme, yang dipicu pembunuhan George Floyd di AS bulan lalu, Sky News melaporkan.
Dalam sebuah pernyataan, mereka telah memutuskan untuk menghapus kata-kata seperti 'putih', 'bersinar', dan 'bercahaya' yang terdapat di rangkaian produk skincarenya.
Langkah ini mengikuti keputusan serupa yang dilakukan oleh perusahaan Inggris-Belanda, Unilever pada Kamis lalu.
Baca: FAKTA Isu Unilever Dukung LGBT: Pamer Logo Baru hingga Jawaban Perusahaan soal Normal
Kini, perusahaan-perusahaan di seluruh dunia menghadapi kritik atasl aksi protes besar-besaran atas kematian warga kulit hitam, George Floyd di tangan polisi Minneapolis.
Unilever dan L’Oreal merupakan dua merek ternama di pasar global untuk produk krim pemutih kulit yang digunakan oleh konsumen di banyak negara Asia, Afrika dan Karibia.
Dimana kulit putih dan bersinar sering dianggap sebagai sebuah standar kecantikan.
L'Oreal mengatakan awal bulan ini, mereka akan mendukung dalam solidaritas, bersama komunitas kulit hitam dan menentang segala bentuk rasisme dan ketidakadilan.
Kendati demikian, pernyataan pihak L'Oreal yang ingin mendukung 'Black Lives Matter' memicu reaksi dari para kritikus.
Mereka mengklaim model bisnis dan iklan perusahaan tersebut hanya difokuskan pada konsumen kulit putih.
Satu di antara kritikan tersebut datang dari model berkulit hitam, Munroe Bergdorf.
Dirinya menuduh perusahaan tersebut 'munafik' lantaran telah memecatnya tiga tahun lalu.
Bergdorf dipecat sebagai model transgender pertama L'Oreal UK pada tahun 2017 lalu.
Ia mengaku telah mengalami tindakan rasis dan dianggap keliru dalam nilai-nilai yang ada di produk tersebut.
Baca: Black Lives Matter Memicu Kesadaran Soal Penindasan Warga Aborigin
Tetapi dia mengungkapkan, presiden baru L'Oreal Paris, Delphine Viguier telah berbicara dengannya.
Delphine Viguier juga telah meminta maaf atas situasi pada pemecatannya kala itu.
Adapun, Bergdorf menyetujui untuk mengambil peran sebagai konsultan di dewan penasihat keragaman dan inklusi UK.
Baca: VIRAL Massa Pendukung Donald Trump, Olok- olok Black Lives Matter & Perankan Tewasnya George Floyd
Sehingga dia dapat mempraktikkan langsung apa yang ia alami agar tidak ada lagi kasus serupa.
"Sebagai seorang aktivis, bagian dari pekerjaan saya adalah mendorong bisnis besar untuk memahami tanggung jawab mereka terkait dengan keanekaragaman dan inklusi," kata Bergdorf dalam sebuah pernyataan.
"L'Oreal adalah salah satu dari sejumlah perusahaan yang telah meninjau praktik mereka di tengah fokus global baru pada rasisme dan meningkatnya keunggulan gerakan Black Lives Matter," tambahnya.
Kampanye tersebut berupaya untuk menarik perhatian pada diskriminasi mendarah daging yang dihadapi oleh orang kulit hitam di AS dan negara-negara lain di seluruh dunia.
(Tribunnews.com/Maliana)