Bukan Karena Virus Corona, Wabah Pes Sebabkan Satu Kota di China Kembali Diisolasi
Sejumlah laporan mengatakan seorang pasien wabah pes di kota Bayannur sedang dikarantina dan dalam kondisi stabil.
Editor: Hasanudin Aco
Pada Mei tahun lalu, dua orang di Mongolia, China, meninggal karena terpapar pes, setelah mengonsumsi daging mentah hewan marmot — sejenis tikus.
Baca: Fakta-fakta Flu Babi: Bisakah Manusia Terinfeksi? Ciri Gejala yang Timbul dan Obatnya
Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, di Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia, mengatakan kepada BBC bahwa daging dan ginjal marmot mentah dianggap sebagai obat tradisional untuk menunjang kesehatan.
Hewan pengerat dikenal sebagai pembawa wabah bakteri, dan umumnya dikaitkan dengan kasus wabah di Mongolia. Itulah sebabnya, berburu marmot merupakan tindakan ilegal.
Wabah pes ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening. Kemungkinan sulit untuk mengidentifikasi gejala di tahap awal, yang biasanya berkembang setelah tiga hingga tujuh hari, mirip dengan flu.
'Kami tahu cara mencegahnya'
Namun demikian, wabah pes kemungkinan tidak akan menyebabkan epidemi, kata ahli.
"Tidak seperti di abad ke-14, kami sekarang memiliki pemahaman tentang cara penularan penyakit ini," kata Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, kepada situs berita Heathline.
"Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga bisa merawat pasien yang terinfeksi dengan antibiotik yang efektif."
Mau Hitam alias Black Death - istilah lain pes - menyebabkan sekitar 50 juta orang meninggal di seluruh Afrika, Asia dan Eropa pada abad ke-14.
Wabah terakhir yang menakutkan terjadi di London pada 1665, yang menewaskan sekitar seperlima penduduk kota itu.