Setelah China, Vietnam Melarang Pedagangan Satwa Liar Terkait Covid-19
Vietnam melarang perdagangan satwa liar dan produknya untuk mengurangi risiko pandemi baru.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Vietnam melarang perdagangan satwa liar dan produknya untuk mengurangi risiko pandemi baru.
Selain melarang penjualan satwa liar di pasar, perdagangan secara online juga diblokir.
Sebelumnya Vietnam dianggap tutup mata terhadap risiko penjualan produk satwa liar seperti sisik pangolin dan cula badak.
Biasanya produk-produk itu dijual belikan secara langsung maupun dalam kemasan obat tradisonal, dikutip dari BBC.
Para ilmuwan di dunia memperingatkan perdagangan satwa liar bisa menimbulkan penyakit.
Baca: Soal Ekspor Benih Lobster, Susi Pudjiastuti: Pakai Akal Sehat Saja, Kenapa Mesti Menghidupi Vietnam?
Baca: VIDEO Penangkapan 2 Kapal Asing Vietnam: Lari Tancap Gas, Petugas Hampir Ditusuk Gunting
Sebab asal usul pandemi Covid-19 saat ini masih diperkirakan bermula dari perdagangan hewan liar di pasar basah Wuhan, China.
Penyakitnya muncul dari kelelawar yang melompat ke manusia melalui spesies lain, yang belum terindentifikasi.
Bisa jadi perantara itu tikus, musang, atau trenggiling.
"Perdana menteri memerintahkan penangguhan impor satwa liar, hidup atau mati, telurnya, bagian atau turunannya," rilis pemerintah pada Kamis (22/7/2020) di situs resmi pemerintah Vietnam.
"Semua warga negara, terutama pejabat tidak boleh berpartisipasi dalam perburuan ilegal, membeli, menjual, mengangkut satwa liar ilegal," tambahnya.
Negara juga berjanji akan menghilangkan pasar hewan liar dan yang memperdagangkannya secara tegas.
Baca: Pengunjung Wanita Ini Pura-pura Meninggal saat Didekati Bison Liar di Taman Nasional Yellowstone
Baca: Dibiarkan Tumbuh Liar, Daun ini Ternyata Bisa Obati Diabetes Bahkan Kanker Sekalipun
Keputusan ini disambut bahagia para ahli konservasi.
"Vietnam akan diberi selamat karena mengakui bahwa Covid-19 dan pandemi lainnya terkait dengan perdagangan satwa liar," kata Steven Galster, ketua kelompok anti-trafficking, Freeland.
"Perdagangan ini harus dilarang sebagai masalah keamanan kesehatan internasional dan publik," tambahnya.
Namun, menurut komunitas Save Vietnam's Wildlife, pelarangan ini belum cukup.
Menurut direktur Save Vietnam's Wildlife, Nguyen Van Thai, pemerintah tidak mencakup larangan perdagangan hewan liar yang diternakkan atau dipelihara.
Februari silam, belasan kelompok konservasi menyurati pemerintah, mendesak agar perdagangan satwa liar dihentikan.
Dilaporkan Reuters, para aktivis ini juga ingin pasar dan lokasi perdagangan ditutup.
Vietnam dinilai berhasil menangani wabah Covid-19 karena kasus dan kematian yang rendah.
Vietnam Menyusul Kebijakan China
Sebagai negara pusat timbulnya pandemi, China melarang keras perdagangan satwa liar sejak masa awal pandemi lalu.
Dikutip dari Deutsche Welle pada Kamis (16/7/2020), hingga saat itu belum jelas apakah larangan hanya bersifat sementara atau akan disahkan menjadi undang-undang.
Namun setidaknya larangan ini berhasil mengurangi pedagang, sebagaimana yang terjadi di pasar Kota Guangzhou, China Selatan.
Daging kura-kura, ular, musang, dan landak dulunya menjadi pemandangan umum di pasar-pasar kota ini sudah menghilang.
Sudah lebih dari 10 tahun, Wang Haozhu dan istrinya Pan menangkap landak dan membiakkannya untuk dijual.
Baca: Silih Serang AS vs China Itu Komoditas Politik Berbahaya Jelang Pilpres AS 2020
Baca: Pengakuan Lengkap Tersangka Pembuang Mayat Bayi di Hutan Hingga Jadi Santapan Anjing Liar
Namun karena larangan ini, dia tidak bisa lagi meneruskan usahanya.
"Tentu saja, saya suka memakannya. Saya tidak akan menjualnya jika saya tidak suka rasanya," kata Wang.
"Dagingnya lembut seperti sutra, dan saat dipanggang, dagingnya menjadi renyah seperti Bebek Peking, tetapi lebih baik," tambahnya.
Tetapi, petani landak itu mengatakan dia belum bisa menjual seekor hewan pun sejak Tahun Baru Imlek di Januari.
Dia berharap penjualan akan segera naik, tetapi semakin diragukan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)