Cerita Pria Irak yang Lolos dari Pembantaian ISIS, Dikira Sudah Mati
Tahun 2014 adalah awal masa kejayaan ISIS sebelum mereka dikalahkan oleh pasukan koalisi internasional.
Editor: Hasanudin Aco
Kadhim, sebagai pemeluk Syiah, mengaku cukup khawatir berangkat ke pangkalan militer Tikrit.
Identitas agama masih menjadi hal yang sensitif dan ia khawatir kehadirannya akan memicu persoalan.
Kekhawatirannya sirna ketika ia tiba di Kamp Speicher.
Orang-orang Sunni di sana menyambutnya dengan hangat. "Saya kaget juga. Ini adalah interaksi langsung pertama saya dengan warga Sunni," kata Kadhim.
Di hari-hari pertama semuanya berlangsung normal. Pada hari ke-12 terjadi perubahan dramatis.
Milisi ISIS mendatangi kota dan menguasai kota ini. Mereka menuju akademi militer Speicher.
Melihat ISIS menguasai kota sepenuhnya, para komandan militer di Speicher menyelamatkan diri.
Ditinggal para komandan dan perwira membuat ribuan taruna ini harus mempertahankan diri sendiri, padahal mereka baru beberapa hari masuk sekolah militer.
Tindakan pertama yang dilakukan ISIS adalah meminta semua taruna meninggalkan akademi dan menanggalkan seragam tentara.
"Kami berjalan beriringan seperti warga biasa, warga sipil," kata Kadhim mengenang.
Kepada para taruna ini, beberapa milisi ISIS mengatakan, "Selamat datang. [Jangan takut], kami memang pegang senjata, tapi kami tak akan mencederaimu."
Milisi ISIS
"Tenang saja, kami hanya membawamu ke istana presiden. Di situ kamu akan disumpah untuk tidak pernah lagi menjadi tentara," kata beberapa milisi ISIS.