Joe Biden-Kamala Harris Akan Membuat Amerika Serikat Lebih Intervensionis
Pernyataan Biden tentang Turki dan, lebih khusus lagi, menentang Presiden Recep Tayyip Erdoğan, menurut Kose, telah memicu masalah di Turki.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Intervensi liberal dan kebijakan luar negeri liberal Amerika menurut Kose tidak berlangsung lama, dan meninggalkan kekacauan.
Banyak analis liberal berasumsi dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih damai jika sistem demokrasi liberal berlaku sebagai arus utama ideologis di seluruh dunia.
Intervensi bersenjata atau tidak bersenjata ke dalam politik domestik dengan berbagai cara untuk mengubah rezim menjadi mode di kalangan pembuat kebijakan di Washington, sebagian Eropa.
Sementara perubahan telah dicapai melalui pemilu atau gerakan protes populer di beberapa negara, warisan keseluruhan dari intervensi liberal cukup suram.
Beberapa pemimpin otoriter, seperti Saddam Hussein dari Irak dan Moammar Khadhafi dari Libya telah digulingkan dengan cara seperti itu.
Sanksi telah melemahkan beberapa rezim otoriter, namun intervensi ini tidak membantu menyelesaikan konflik apa pun dan tidak membuat dunia menjadi tempat yang lebih damai dan lebih stabil.
Intervensi liberal telah meninggalkan warisan bencana di wilayah tersebut. Washington telah menggunakan masyarakat sipil, mendukung media oposisi, melatih dan memobilisasi gerakan oposisi dan mensponsori separatis etnis, agama dan ideologis sebagai beberapa metodenya.
Semua intervensi itu telah dilegitimasi atas nama upaya demokratisasi. Rezim otokratis seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi juga telah membentuk liga otoriter dan berinvestasi lebih banyak daripada yang dimiliki aktor liberal dalam agenda mereka sendiri.
Intervensionisme liberal mendorong kontra-intervensionisme otoriter ini. Hasil keseluruhan dari semua manuver itu adalah wilayah yang jauh lebih tidak stabil.
Washington kata Kose, dapat membantu merangsang perubahan konstruktif dalam ekonomi global dan mensponsori atau memimpin prakarsa perdamaian.
“Tetapi memihak dalam urusan domestik negara lain dan konflik internasional akan menjadi bumerang,” katanya.
Washington masih merupakan negara adidaya, namun bukan lagi aktor yang dapat membentuk politik internasional secara sepihak.
Intervensi Washington akan memicu intervensi balasan dari aktor lain seperti Rusia dan China dan akan menjadi bumerang.
“Internasionalisme dan investasi dalam norma dan institusi yang mempromosikan perdamaian dan stabilitas harus menjadi prioritas Washington, daripada siklus intervensionisme lainnya,” kata Kose.(Tribunnews.com/DailySabah/xna)