Ankara Kecam Pembakaran Salinan Al-Qur'an di Swedia
Ankara mengutuk pembakaran Alquran oleh ekstremis sayap kanan di Swedia pada Jumat (28/8/2020).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Ankara mengutuk pembakaran Al-Qur'an oleh ekstremis sayap kanan di Swedia pada Jumat (28/8/2020).
Tindakan Islamofobia itu ditanggapi Juru Bicara Kepresidenan Turki, Minggu (30/8/2020), dia menyebut mereka yang membakar Al-Qur'an di Swedia adalah 'orang barbar modern yang memiliki pola pikir primitif".
"Mereka tanpa malu membakar Al-Qur'an, kitab suci Islam di tengah-tengah Eropa," kata Ibrahim Kalin dalam sebuah unggahan Twitter, yang dikutip Tribunnews dari Daily Sabah.
"Mereka kemudian mengklaim sebagai kebebasan dan keadilan," tambahnya.
Dia menambahkan, pelaku pembakar Al-Qur'an bahkan menyebut siapa pun yang tidak menyukai mereka sebagai anti-alasan fanatik dan kuno. (Mereka) adalah orang barbar modern tidak mengenal batas dan berpikiran primitif," tambahnya.
Baca: Bak Pahlawan, Bek Manchester United Lindelof Dikabarkan Ringkus Seorang Perampok di Swedia
Baca: Negosiasi Kontraknya di AC Milan Masih Alot, Zlatan Ibrahimovic Pilih Pulang ke Swedia
Sementra itu, Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party) yang berkuasa Ömer Çelik juga berkomentar di Twitter, pada Sabtu (29/8/2020).
“Kami mengutuk tindakan tidak hormat terhadap Quran oleh kelompok rasis / fasis. Tidak menghormati Al-Qur'an berarti tidak menghormati semua nilai kemanusiaan, ” tegasnya.
Rasmus Paludan
Lebih jauh, identitas pembakar salinan Al-Qur'an di Malmo, Swedia itu adalah Rasmus Paludan.
Dia adalah pemimpin partai politik sayap kanan Denmnark Garis Keras.
Kerusuhan kemudian meletus ikota itu, sekira 300 orang berkumpul dan memprotes kegiatan anti-islam tersebut.
Pengunjuk rasa melemparkan benda-benda ke petugas polisi, dan ban mobil telah dibakar, kata seorang juru bicara polisi.
Baca: Gagal Diperkuat Elkan Baggot yang Pilih Indonesia, Timnas Thailand Incar Bek Liga Swedia
Baca: Ilmuwan Swedia Klaim Semprotan Asal Negaranya 98,3% Ampuh Musnahkan Virus Corona di Mulut, Benarkah?
Aksi Islamofobia Lainnya
Daily Aftonbladet mengatakan beberapa kegiatan anti-Islam telah terjadi di Malmo pada hari Jumat, termasuk tiga pria yang menendang Al-Qur'an di antara mereka di lapangan umum.
"Kami mengutuk keras provokasi mengerikan yang dilakukan oleh politisi Islamofobia dan rasis dan pengikutnya yang datang ke Denmark dari kota Malmo Swedia," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.
"Tindakan provokatif ini merupakan pukulan berat bagi nilai-nilai Eropa dan budaya hidup berdampingan," tambah pernyataan Kementerian Luar Negeri.
Dia mengatakan, muslim yang tinggal di Eropa, kehidupan sehari-hari mereka secara sitematis dihadapkan pada sikap diskriminatif dan rasis.
Baca: Donald Trump Komentari Peristiwa Penembakan Terhadap Jacob Blake, Pemicu Kerusuhan di Kenosha
Baca: Teroris Penembakan Dua Masjid Selandia Baru Dihukum Seumur Hidup Tanpa Pembebasan Bersyarat
"Tindakan tercela terhadap kitab suci kita ini adalah tindakan teladan, karena mengungkapkan tingkat ancaman yang dihadapi Muslim di Eropa," tambah pernyataan tersebut.
Kementerian menambahkan bahwa otoritas Swedia harus mengambil semua tindakan yang diperlukan terhadap mereka yang mencoba memprovokasi Muslim di negara itu di masa depan.
Teror Islamofobia Lainnya
Lebih jauh, teror Islamofobia yang dingin dan kejam juga terjadi di 2019 lalu.
Tempat seperti Christchurch, di Selandia Baru, Jerman, Inggris, Prancis, dhingga Norwegia tak luput dari aksi teror.
Di Eropa, masjid telah menjadi sasaran dan mengakibatkan kematian dan melukai puluhan lainnya.
Beberapa pemerintah Eropa bekerja keras untuk melacak dan menetralkan kelompok teroris sayap kanan.
Baca: Komisioner Komnas HAM Sebut Tak Ada Islamofobia di Indonesia, Masyarakat Siap Terima WNI Eks ISIS
Di sisi lain, mereka berpartisipasi dalam normalisasi percakapan Islamofobia di Eropa melalui deklarasi diskriminatif, RUU, dan kebijakan keamanan yang menargetkan Muslim.
Selain itu, media arus utama dan lembaga swasta juga bertanggung jawab atas perasaan anti-Muslim karena terus menyebarkan disinformasi yang merugikan komunitas Muslim.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)