Raja Salman Copot Jenderal Fahd bin Turki, Komandan Tentara Saudi di Perang Yaman
Pengumuman tersebut menandai tindakan keras pemerintah terbaru terhadap apa yang menurut para pejabat adalah korupsi endemik di kerajaan.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Human Rights Watch menyuarakan kekhawatiran atas penangkapan tersebut, memperingatkan kemungkinan proses hukum yang tidak adil dalam sistem peradilan yang tidak jelas.
Tindakan keras itu bertepatan dengan penangkapan Pangeran Ahmed bin Abdulaziz Al Saud, saudara laki-laki Raja Salman, dan keponakan raja Pangeran Mohammed bin Nayef, yang sebelumnya adalah putra mahkota.
Anggota keluarga Saad al-Jabri, mantan agen intelijen dan pembantu bin Nayef, juga terseret dalam kampanye tersebut.
Al-Jabri, yang tinggal di pengasingan di Kanada, baru-baru ini mengajukan gugatan di Amerika Serikat yang menuduh MBS mengirim regu pembunuh bayaran pada 2018 untuk membunuhnya.
Pangeran Fahd, yang dipecat pada Selasa, adalah komandan Pasukan Darat Kerajaan Saudi, unit pasukan terjun payung dan pasukan khusus sebelum ia menjadi komandan pasukan gabungan dalam koalisi.
Ayahnya adalah mantan wakil menteri pertahanan. Keputusan raja mengatakan putra mahkota Pangeran MBS menunjuk Letnan Jenderal Mutlaq bin Salim bin Mutlaq al-Azima untuk menggantikan Pangeran Fahd.
Koalisi melakukan intervensi di Yaman pada 2015 melawan gerakan Houthi yang didukung Iran, yang menggulingkan pemerintah yang didukung Saudi dari kekuasaan di Sanaa.
Konflik, yang dipandang sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran, telah mengalami kebuntuan militer selama bertahun-tahun.(Tribunnews.com/Aljazeera.com/xna)