Pemerintahan Trump Akui Taliban Belum Putuskan Hubungan dengan Al-Qaeda
Dua pejabat senior pemerintahan Donald Trump mengindikasikan Taliban belum sepenuhnya memutuskan hubungan dengan al-Qaeda.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Dua pejabat senior pemerintahan Donald Trump mengindikasikan, Taliban belum sepenuhnya memutuskan hubungan dengan Al Qaeda, sebagaimana yang disepakati dalam perjanjian dengan Amerika Serikat (AS).
Demikian kata Duta Besar Zalmay Khalilzad, perwakilan khusus Amerika Serikat untuk rekonsiliasi Afghanistan, Selasa (22/9/2020), dikutip dari Yahoo News!.
Khalilzad menerangkan, Taliban mengambil beberapa langkah positif.
"Namun mereka masih harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian Februari (lalu) antara AS dan Taliban," kata dia.
Perjanjian tersebut mengikat kelompok militan Afghanistan.
Taliban memastikan tidak ada kelompok teroris yang dapat menggunakan Afghanistan sebagai tempat berlindung untuk menyerang Amerika Serikat atau sekutunya.
Taliban juga berjanji untuk tidak bekerja sama dengan kelompok mana pun yang dapat mengancam AS atau sekutunya.
Khalilzad terus ditekan tentang masalah ini oleh Partai Demokrat selama sidang subkomite keamanan nasional House Oversight and Reform Committee.
Ia pun berulang kali mengatakan, intelijen rahasia menunjukkan kontak yang berkelanjutan antara Taliban dan Al Qaeda.
Baca: 57 Pasukan Afghanistan dan 80 Militan Taliban Tewas dalam Bentrokan Berdarah Pasca Pembicaraan Damai
Baca: Siap-Siap, Afghanistan Sepakat Bebaskan 400 Tahanan Kelompok Taliban Garis Keras
Pejabat Pentagon David Helvey, yang kini bertugas sebagai Asisten Menteri Pertahanan untuk urusan Keamanan Indo-Pasifik juga ikut buka suara.
"Taliban sejauh ini tidak sepenuhnya patuh dengan komitmen mereka, jadi kami memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di sana," kata David Helvey.
Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan
Khalilzad menambahkan, penarikan pasukan AS dari Afghanistan akan dikondisikan jika Taliban untuk menghormati syarat perjanjiannya.
Presiden Trump telah berjanji untuk mengurangi jumlah pasukan di negara itu menjadi sekira 4.000-5.000 personel pada musim gugur ini.