Pertama Kalinya dalam 100 Tahun, Rio de Jainero Tunda Karnaval Tahunan karena Covid-19
Rio de Jainero menunda karnaval tahunannya karena pandemi Covid-19 dan kondisi pandemi di Brasil masih mengkhawatirkan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
Apalagi jika belum ada vaksin Covid-19.
Brasil mencatat kasus Covid-19 pertamanya pada 26 Februari, sehari setelah karnaval tahun ini berakhir.
Saat jumlah kasus infeksi meningkat, sekolah samba yang berpartisipasi dalam parade menyetop persiapan mereka untuk acara di 2021.
Rio de Jainero merupakan salah satu wilayah dengan tingkat penularan Covid-19 yang tinggi di Brasil.
Sementara itu sejumlah negara Eropa mengalami pandemi yang lebih buruk daripada puncaknya pada Maret lalu, menurut peringatan Uni Eropa.
Infeksi baru melonjak sekali lagi, mendorong badan pengontrol pandemi blok tersebut untuk menandai tujuh negara dengan "perhatian tinggi".
"Beberapa negara anggota, situasinya sekarang bahkan lebih buruk daripada saat puncaknya pada bulan Maret," ujar Komisaris kesehatan Uni Eropa, Stella Kyriakides.
Di sisi lain Israel pekan lalu menjadi negara pertama yang kembali melakukan lockdown ketat.
Pemerintah semakin memperkuat langkah penanganan pandemi pada Kamis (24/9/2020) karena pembatasan sebelumnya gagal menekan angka infeksi baru.
Baca: Face Shield Disebut Tak Efektif Cegah Penularan Covid-19 Berdasar Pengujian Fugaku Jepang
Baca: Permasalahkan Pemakaian Masker, Seorang Penumpang Pesawat Marah hingga Ancam Kru Kabin
Negara ini memiliki 212.115 kasus dibanding jumlah populasi yang hanya di bawah 9 juta jiwa.
Sehingga kira-kira setara dengan satu kasus Covid-19 per 23 orang.
Sedangkan Prancis mencetak rekor penambahan kasus infeksi baru tiap harinya.
Otoritas kesehatan melaporkan 16.096 kasus baru pada Kamis, meningkat signifikan dari rekor sebelumnya 13.498.
Menurut penelitian terbaru, virus terus bermutasi sepanjang pandemi ini.
Para ahli percaya bahwa hasil mutasi ini kemungkinan lebih menular dibanding sebelumnya.
Kendati demikian, studi tersebut tidak menemukan bahwa mutasi virus akan lebih mematikan atau mengubah efeknya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)