Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemimpin Nagorno-Karabakh Masih Hidup, Pasukan Armenia Gempur Kota Ganja  

Perang di Nagorno-Karabakh belum menunjukkan tanda reda. Silih serang dilakukan pasukan Armenia dan Azerbaijan.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Pemimpin Nagorno-Karabakh Masih Hidup, Pasukan Armenia Gempur Kota Ganja  
AFP
Bentrokan terjadi di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh pada hari Minggu [Kementerian Pertahanan Azerbaijan / AFP] 

Selain itu, satu orang tewas dan 32 lainnya terluka selama penembakan roket ke kota Ganja di Azerbaijan oleh angkatan bersenjata Armenia.

"Hari ini, pada 4 Oktober 2020 .., kota Ganja, kota terbesar kedua di Republik Azerbaijan, dengan populasi lebih dari 500.000, menjadi sasaran tembakan roket,” kata Kamran Aliyev, jaksa Azerbaijan.

“Kerusakan signifikan telah menimpa infrastruktur kota, bangunan tempat tinggal," lanjut Kamran Aliyev. Baku menuduh Armenia melakukan pelanggaran hokum perang internasional.

Di Stepanakert, ibu kota Nagorno-Karabakh, dua ledakan keras didengar dan dirasakan penduduk. Sirine tanda bahaya meraung-raung. Warga segera berlarian berlindung di ruang bawah tanah.

Perkembgangan lain, penyelesaikan masalah secara diplomatic terus diupayakan berbagai pihak. Namun Turki yang jadi pelindung Azerbaijan mendorong peperangan dilanjutkan.  

Konstantin Kosachev, Kepala Komite Urusan Luar Negeri Majelis Tinggi Rusia, mengatakan pengiriman penjaga perdamaian ke zona konflik Nagorno-Karabakh harus dibahas dalam kerangka Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) ) Minsk Group.

Semua pihak berkonflik harus dilibatkan. "Penjaga perdamaian hanya efektif jika semua pihak dalam konflik tertarik dengan kehadiran mereka. Ini adalah hal pertama. Kami membutuhkan keinginan yang diungkapkan dengan jelas dari semua pihak," kata Kosachev.

Berita Rekomendasi

Kedua, katanya, penjaga perdamaian tidak boleh hanya mewakili satu negara. "Oleh karena itu, mandat semacam itu perlu dibahas dalam kerangka Minsk Group, dan jika perlu, seluruh OSCE," Kosachev menyimpulkan.

Permusuhan yang intens telah berkecamuk antara pasukan Armenia dan Azerbaijan selama seminggu, menandai salah satu eskalasi terburuk dari perselisihan selama puluhan tahun atas Nagorno-Karabakh.

Ini wilayah kantong besar berpenduduk Armenia di Azerbaijan. Pertempuran pecah pada 27 September, ketika Baku dan Yerevan saling menuduh melakukan serangan lintas perbatasan.

Kedua belah pihak mengumumkan darurat militer dan panggilan wajib militer, mengerahkan persenjataan berat ke garis depan.

Pemerintah Armenia menuduh Turki kini mengendalikan operasi militer Azerbaijan. Turki juga mendatangkan petempur sipil Suriah. Dua tuduhan yang dibantah Ankara.(Tribunnews.com/Sputniknews/Aljazeera/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas