China Gabung COVAX, Rusia dan AS Masih Belum Bergabung
Kementerian Luar Negeri China meyebutkan akan membeli vaksin Covid-19 untuk 1% populasinya atau 15 juta orang, melalui skema COVAX.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China bergabung dengan COVAX, skema global distribusi vaksin Covid-19 yang adil, yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada Jumat (9/10/2020), Kementerian Luar Negeri China meyebutkan, akan membeli vaksin Covid-19 untuk 1% populasinya atau 15 juta orang, melalui skema COVAX.
Negara-negara pembiayaan diri dalam skema COVAX dapat meminta dosis vaksin yang cukup untuk 10-50% dari populasi mereka, kata GAVI di situs webnya.
"Langkah Beijing untuk bergabung dengan program COVAX berarti China "akan mendapatkan vaksin melalui fasilitas untuk proporsi populasi mereka sendiri, sama seperti dengan negara-negara lain," ujar juru bicara aliansi Vaksin GAVI, yang ikut memimpin skema itu.
Negara-negara yang didanai akan menerima dosis yang cukup untuk memvaksinasi hingga 20% populasi mereka dalam jangka panjang, kata GAVI.
Baca: Akademisi UI Sebut Pasien Covid-19 Perlu Tanamkan Sikap Terbuka atas Kondisinya
China memiliki setidaknya empat vaksin eksperimental dalam tahap akhir uji klinis. Selain itu ada juga sedang dalam pembicaraan dengan WHO agar vaksin buatan dalam negeri mereka dinilai untuk digunakan internasional.
WHO mencatat sembilan vaksin eksperimental berada dalam peninjauan fasilitas vaksin global COVAX yang bertujuan untuk mendistribusikan 2 miliar dosis pada akhir 2021.
Sebelumnya hanya 168 negara di dunia telah bergabung dengan fasilitas COVAX.
Namun tidak ada negara-negara besar seperti, Rusia dan Amerika Serikat bergabung dalam fasilitas COVAX yang akan mengirimkan 2 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia pada akhir tahun depan.
Meskipun demikian sekitar 64 negara kaya telah mendaftar dalam fasilitas tersebut.
Sebelumnya, sebuah sumber pemerintah Rusia mengatakan kepada Reuters tidak perlu bagi negaranya untuk mengambil bagian dalam program ini karena sedang mengembangkan dan memproduksi vaksinnya sendiri.
"Namun demikian, kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa vaksin kami di masa depan akan ditawarkan kepada peserta COVAX," kata sumber itu.
Kementerian kesehatan Rusia tidak berkomentar terkait tidak bergabung dalam COVAX. (Reuters/AFP)