Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Situasi Terbaru Thailand: Demo Kian Panas, 4 Kantor Media Diinvestigasi, Investor Mulai Angkat Kaki

Pengumuman tersebut memicu kemarahan kelompok media dan tuduhan serangan terhadap kebebasan pers oleh pemerintah Perdana Menteri Prayuth.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Situasi Terbaru Thailand: Demo Kian Panas, 4 Kantor Media Diinvestigasi, Investor Mulai Angkat Kaki
Twitter Pravit Rojanaphruk
Polisi Thailand menyemprotkan water cannon (meriam air) kepada para pengunjuk rasa damai pro-demokrasi di Bangkok pada (Jumat (16/10/2020). 

Para pengunjuk rasa menuntut pemecatan Perdana Menteri Prayuth, menuduhnya merekayasa pemilihan umum tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang pertama kali direbutnya dalam kudeta 2014. Dia mengatakan pemilihan itu adil.

Para pengunjuk rasa juga semakin vokal dalam menuntut reformasi monarki untuk mengurangi kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn. Istana Kerajaan tidak mengomentari protes atau tuntutan pengunjuk rasa.

Mulai ditinggal investor

Investor ramai-ramai melepas saham-saham mereka di bursa Thailand pada hari ini.

Analis memperingatkan kemungkinan aksi jual mata uang, karena meningkatnya kekhawatiran meningkatnya konfrontasi antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa anti-pemerintah dapat menyeret pasar berkinerja terburuk di Asia ini ke level yang lebih rendah ini.

Indeks ekuitas acuan Thailand, SETI turun 2% ke level terendah dalam enam bulan dalam perdagangan pertama sejak polisi mengarahkan meriam air ke pengunjuk rasa di pusat kota Bangkok pada Jumat malam dalam bentrokan paling keras selama berbulan-bulan demonstrasi.

Aksi jual hari ini adalah yang paling tajam dalam empat bulan karena jumlah pengunjuk rasa yang besar pada protes harian sejak larangan pertemuan diumumkan pada pekan lalu malah menambah ketegangan di kedua belah pihak.

BERITA TERKAIT

"Perkembangan politik baru-baru ini mulai dari demonstrasi hingga deklarasi keadaan darurat untuk Bangkok mengganggu saraf investor," kata Kobsidthi Silpachai, kepala riset pasar modal Kasikornbank.

“Suasana seperti ini mendorong investor untuk mengurangi risiko karena kondisi yang semakin business not as usual,” lanjut dia.

Baht Thailand di sisi lain turun 0,1% pada hari ini di saat mata uang AS melemah terhadap sebagian besar mata uang lainnya.

Prakash Sakpal, ekonom senior Asia di ING, mengatakan mata uang yang masih bisa bertahan sejauh ini juga bisa menyerah pada risiko politik yang meningkat. "Aksi jual pasar ekuitas hari ini tampaknya menjadi awal dari tren itu," katanya.

Para pengunjuk rasa sendiri meminta pencopotan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha yang merupakan mantan pemimpin junta, dan reformasi untuk mengurangi kekuasaan monarki.

Thailand telah mengalami rekor arus keluar ekuitas senilai US$ 9,3 miliar sepanjang tahun ini karena pandemi COVID-19 menghancurkan ekonomi negara tersebut.

Minta sesi khusus ke Parlemen

Halaman
123
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas