Kecaman Para Pemimpin Dunia Atas Penusukan di Prancis
Turki menyatakan solidaritas dengan Prancis, dan menyampaikan belasungkawa kepada kerabat dari tiga orang yang terbunuh
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Solidaritas Uni Eropa
Para pemimpin Uni Eropa dengan cepat menyatakan solidaritas dengan Prancis, dan berjanji untuk melawan "mereka yang berusaha menghasut dan menyebarkan kebencian".
"Saya mengutuk serangan brutal yang baru saja terjadi di Nice dan saya bersama Prancis dengan sepenuh hati," cuit presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Baca juga: Pelaku Penikaman Penjaga Konsulat Perancis di Jeddah Arab Saudi Ditangkap
"Kami akan tetap bersatu dan bertekad dalam menghadapi barbaritas dan fanatisme."
Kanselir Jerman Angela Merkel "sangat terguncang oleh pembunuhan bruta di Pranis."
Markel mengatakan "pikiran saya bersama kerabat mereka yang terbunuh dan terluka. Jerman berdiri bersama Prancis pada saat yang sulit ini".
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kemudian oleh kepala Dewan Uni Eropa Charles Michel, pemimpin ke-27 menyatakan solidaritas dengan Prancis.
Serangan Keji
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengutuk "serangan pengecut" dan mengatakan: "Keyakinan kami lebih kuat daripada fanatisme, kebencian dan teror. Kami merangkul keluarga korban dan saudara-saudara Perancis kami. Kami bersatu!"
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menambahkan: "Kami terus mempertahankan kebebasan, nilai-nilai demokrasi, perdamaian dan keamanan warga negara kami."
Kanselir Austria Sebastian Kurz, menyebut pembunuhan di Nice sebagai "serangan teror Islam yang tercela".
Perdana Menteri India Narendra Modi, seorang nasionalis Hindu, mengutuk keras "serangan keji di Nice" dan menambahkan bahwa negaranya juga "berdiri dengan Prancis dalam memerangi terorisme".
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson "terkejut" dengan "serangan barbar di Basilika Notre-Dame," kicaunya dalam bahasa Inggris dan Prancis.
"Pikiran kami bersama para korban dan keluarga mereka, dan Inggris berdiri teguh dengan Prancis melawan teror dan intoleransi."