Akademisi: Tak akan Ada Perubahan yang Berarti Dengan RI Jika Trump atau Biden Menang Pemilu AS
Petahana Presiden dari Partai Republik Donald Trump akan bersaing dengan kandidat dari Demokrat Joe Biden.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA— Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) akan berlangsung pada Selasa (3/11/2020) waktu setempat atau Rabu (4/11/2020) WIB.
Petahana Presiden dari Partai Republik Donald Trump akan bersaing dengan kandidat dari Demokrat Joe Biden.
Lantas bagaimana pengaruh hasil pemilu di Negeri Paman Sam ini ke Indonesia?
Baca juga: Pemungutan Suara Awal Pemilu AS 2020: Lebih dari 90 Juta Orang Sudah Berikan Hak Suara
Praktisi dan Pengajar Hubungan Internasional Dinna Prapto Raharja menilai hasil pemilu AS kali ini tidak akan membawa perubahan kerja sama dengan Indonesia.
“Dalam hal kerjasama dengan Indonesia, saya belum melihat akan ada perubahan kerja sama yang berarti antara Trump dan Biden,” ujar pendiri Synergy Policies itu ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (2/11/2020).
Trump dan Biden, menurut dia, sama-sama memandang penting Indonesia untuk citra baik AS di Asia.
Baca juga: Pakar: Siapapun Pemenang Pemilu AS Tidak Akan Berpengaruh ke Indonesia
“Keduanya sama-sama memandang Indonesia penting untuk citra baik di Asia,” jelasnya.
Namun imbuh dia, belum tentu ada tenaga dan ketertarikan untuk berinvestasi lebih di Indonesia, baik itu bidang ekonomi maupun kerjasama diplomasi.
Dia menilai hasil pemilu AS ini akan menentukan arah kebijakan negara-negara dunia terkait bentuk investasi, model kerja sama perdagangan, dan penguasaan sumber daya.
Karena pada periode pertama kepemimpinan Trump, dia menilai, sangat menonjol kecenderungan AS melakukan dominasi, mengeruk sebanyak-banyaknya keuntungan, ternasuk dengan negara-negara sekutu sekalipun.
Baca juga: Tiga Hari Jelang Pemilu AS, Joe Biden Makin Terfavorit Kalahkan Trump
“Secara umum politik luar negeri AS saat Trump jilid 1 lebih menyulitkan banyak negara. Dengan sekutunya pun AS pakai sistem 'transaksional' dan pragmatisme murni saat bekerjasama, selalu kembali ke berapa untungnya buat AS,” papar Dinna.
Apakah hal ini akan berubah jika Biden menjadi Presiden?
Dia melihat, Biden dalam janji kampanyenya menonjolkan keinginan kembali bekerja sama dengan negara-negara lain dan mengubah kembali bentuk kerja sama dengan sekutu-sekutu AS.
Dia yakin, Biden akan kembali bernegosiasi soal Climate Change di forum PBB, mengangkat lagi wacana demokrasi dan HAM di tingkat internasional, dan bekerjasama lagi dengan Jepang, Australia, Uni Eropa dalam format yang sebelumnya dikenal.
“Tetapi karena kebijakan luar negeri AS bukan hanya ditentukan oleh Presiden, ada juga Congress maka komposisi Kongres pasca pemilu 2020 ini juga penting untuk dicermati,” ucapnya.
“ Saya menduga tahun 1-2 pasca pemilu jika Biden naik akan lebih banyak digunakan untuk memperbaiki situasi di dalam negeri AS,” jelasnya. (*)