Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

4 Tahun Lalu Hasil Polling Pilpres AS Meleset, Trump Justru Menang, Apakah Kini akan Terulang Lagi?

Jika hasil polling tidak meleset, Joe Biden akan menjadi presiden ke-46 Amerika Serikat.

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in 4 Tahun Lalu Hasil Polling Pilpres AS Meleset, Trump Justru Menang, Apakah Kini akan Terulang Lagi?
SAUL LOEB, Jim WATSON / AFP
Kombinasi gambar yang dibuat pada 29 September 2020 ini menunjukkan kandidat Presiden dari Partai Demokrat dan mantan Wakil Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Presiden AS Donald Trump berbicara selama debat presiden pertama di Case Western Reserve University dan Cleveland Clinic di Cleveland, Ohio pada September. 29, 2020. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Jika hasil polling tidak meleset, Joe Biden akan menjadi presiden ke-46 Amerika Serikat.

Namun sekadar mengingatkan, empat tahun lalu, polling atau jajak pendapat semacam ini meleset.

Empat tahun lalu, banyak polling yang meyakini Hillary Clinton akan keluar sebagai pemenang Pilpres.

Polling dari Bloomber, Fox News, hingga Reuters, hingga detik-detik terakhir, misalnya, memperkirakan Hillary menang dengan selisih 1 sampai 6 persen.

Bahkan media sekelas New York Times, yang secara terang benderang mendukung Hillary menyakini jagoannya akan menang di angka 85 persen!

Baca juga: Trump Ejek Lady Gaga dan Jon Bon Jovi Karena Dukung Biden di Pilpres AS

Faktanya, apa yang mereka tulis dan prediksi berbeda dengan hasil akhir. Tanggal 8 November 2016, nama pemenang sudah dipastikan bukan Hillary Clinton. Tapi Donald Trump.

Polling terakhir unggulkan Biden

BERITA REKOMENDASI

Calon Presiden dari Partai Demokrat Joe Biden menang tipis atas petahana Presiden dari Republik, Donald Trump di Florida pada hari-hari terakhir kampanye pemilihan umum AS 2020.

Demikian menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis pada Senin (2/11/2020).

Seminggu sebelumnya, jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan Trump dan Biden imbang dalam statistik di tiga negara bagian Florida, Arizona dan North Carolina.

Baca juga: Jajak Pendapat: Joe Biden Unggul Tipis di Pennsylvania tapi Donald Trump Tak Bisa Dikesampingkan

Jajak pendapat nasional, yang dilakukan dari 29 Oktober hingga 2 November, mengumpulkan tanggapan dari 1.333 orang dewasa, termasuk 914 pemilih.

Jajak pendapat nasional memiliki interval kredibilitas 4 poin.


Reuters/Ipsos juga menjajaki kemungkinan pemilih di enam negara bagian - Florida, Arizona, North Carolina, Michigan, Wisconsin dan Pennsylvania - yang akan memainkan peran penting dalam memutuskan apakah Trump kembali menduduki kursi presiden untuk periode kedua atau Biden akan mengusirnya dari jabatan tersebut.

Di bawah ini adalah tampilan negara-demi-negara pada temuan Reuters / Ipsos, berdasarkan tanggapan online dari kemungkinan pemilih:

 FLORIDA:

 * Pemungutan suara untuk Biden: 50%

 * Pemungutan suara untuk Trump: 46%

 * Jajak pendapat sebelumnya menunjukkan Biden memimpin Trump 49%-47%, secara efektif imbang karena margin berada dalam interval kredibilitas jajak pendapat.

 * 41% mengatakan mereka sudah memilih.

 * 47% mengatakan Biden akan lebih baik dalam menangani pandemi virus corona. 44% mengatakan Trump akan lebih baik.

 * 53% mengatakan Trump akan lebih baik dalam mengelola ekonomi. 42% mengatakan Biden akan lebih baik.

 ARIZONA:

 * Pemungutan suara untuk Biden: 49%

 * Pemungutan suara untuk Trump: 47%

 * Keduanya secara statistik terikat karena margin berada dalam interval kredibilitas survei.

 * Jajak pendapat sebelumnya juga menunjukkan persaingan yang ketat secara statistik, dengan 48% untuk Biden dan 46% untuk Trump.

 * 49% mengatakan mereka sudah memilih.

 * 49% mengatakan Biden akan lebih baik dalam menangani pandemi virus corona. 41% mengatakan Trump akan lebih baik.

 * 52% mengatakan Trump akan lebih baik dalam mengelola ekonomi. 42% mengatakan Biden akan lebih baik.

Baca juga: Pilpres AS : Trump Usung Politik Identitas, Biden Jual Kebersamaan

 NORTH CAROLINA:

 * Pemungutan suara untuk Biden: 49%

 * Pemungutan suara untuk Trump: 48%

 * Karena margin berada dalam interval kredibilitas jajak pendapat, persaingan ketat terlihat secara statistik, , seperti dalam jajak pendapat sebelumnya ketika Biden memiliki 49% dibanding 48% Trump.

 * 43% mengatakan mereka sudah memilih.

 * 49% mengatakan Biden akan lebih baik dalam menangani pandemi virus corona. 43% mengatakan Trump akan lebih baik.

 * 51% mengatakan Trump akan lebih baik dalam mengelola ekonomi. 43% mengatakan Biden akan lebih baik.

 MICHIGAN:

 * Pemungutan suara untuk Biden: 52%

 * Pemungutan suara untuk Trump: 42%

 * Biden naik 52%-43% pada minggu sebelumnya.

 * 37% orang dewasa mengatakan mereka sudah memilih.

 * 52% mengatakan Biden akan lebih baik dalam menangani pandemi virus corona. 40% mengatakan Trump akan lebih baik.

 * 48% mengatakan Trump akan lebih baik dalam mengelola ekonomi. 44% mengatakan Biden akan lebih baik.

 WISCONSIN:

* Pemungutan suara untuk Biden: 53%

* Pemungutan suara untuk Trump: 43%

* Biden naik 53%-44%  pada minggu sebelumnya.

* 41% orang dewasa mengatakan mereka sudah memilih.

* 52% mengatakan Biden akan lebih baik dalam menangani pandemi virus corona. 38% mengatakan Trump akan lebih baik.

* 47% mengatakan Trump akan lebih baik dalam mengelola ekonomi. 45% mengatakan Biden akan lebih baik.

 PENNSYLVANIA:

* Pemungutan suara untuk Biden: 51%

* Pemungutan suara untuk Trump: 44%

* Biden naik 50%-45% pada minggu sebelumnya.

* 25% orang dewasa mengatakan mereka sudah memilih.

* 51% mengatakan Biden akan lebih baik dalam menangani pandemi virus corona. 40% mengatakan Trump akan lebih baik.

* 48% mengatakan Trump akan lebih baik dalam mengelola ekonomi. 46% mengatakan Biden akan lebih baik.

(COMBO) Kombinasi foto file yang dibuat pada tanggal 15 Oktober 2020 ini menampilkan
Presiden AS Donald Trump (kiri) berjalan ke Marine One setelah berbicara kepada pers saat ia meninggalkan Gedung Putih di Washington, DC, pada 14 Oktober 2020, dan kandidat Presiden dari Partai Demokrat sekaligus mantan Wakil Presiden Joe Biden menyampaikan sambutan pada acara mobilisasi pemilih di Cincinnati, Ohio, pada 12 Oktober 2020
(COMBO) Kombinasi foto file yang dibuat pada tanggal 15 Oktober 2020 ini menampilkan Presiden AS Donald Trump (kiri) berjalan ke Marine One setelah berbicara kepada pers saat ia meninggalkan Gedung Putih di Washington, DC, pada 14 Oktober 2020, dan kandidat Presiden dari Partai Demokrat sekaligus mantan Wakil Presiden Joe Biden menyampaikan sambutan pada acara mobilisasi pemilih di Cincinnati, Ohio, pada 12 Oktober 2020 (JIM WATSON, SAUL LOEB / AFP)

 Catatan

Jajak pendapat Reuters/Ipsos dilakukan secara online di keenam negara bagian dalam bahasa Inggris, serta dalam bahasa Spanyol di Arizona dan Florida.

* Di Florida, dari 27 Oktober hingga 1 November, mengumpulkan tanggapan dari 1.011 orang dewasa, termasuk 670 pemilih, dan memiliki interval kredibilitas 4 poin.

* Di Arizona, dari 27 Oktober hingga 1 November, mengumpulkan tanggapan dari 989 orang dewasa, termasuk 610 pemilih, dan memiliki interval kredibilitas 5 poin.

* Di North Carolina, dari 27 Oktober hingga 1 November, ia mengumpulkan tanggapan dari 1.009 orang dewasa, termasuk 707 pemilih, dan memiliki interval kredibilitas 4 poin.

* Di Michigan, dari 27 Oktober hingga 1 November, mengumpulkan tanggapan dari 1.007 orang dewasa, termasuk 654 pemilih, dan memiliki interval kredibilitas 4 poin.

* Di Wisconsin, dari 27 Oktober hingga 1 November, mengumpulkan tanggapan dari 1.007 orang dewasa, termasuk 696 pemilih, dan memiliki interval kredibilitas 4 poin.

* Di Pennsylvania, dari 27 Oktober hingga 1 November, mengumpulkan tanggapan dari 1.006 orang dewasa, termasuk 673 pemilih, dan memiliki interval kredibilitas 4 poin. 

Ditentukan Electoral Collage

Pemilihan presiden Amerika Serikat ( pilpres AS) akan berlangsung pada 3 November, dan sebagaimana pilpres-pilpres sebelumnya kemenangan bukan ditentukan oleh suara publik ( popular vote) tapi Electoral College (Dewan Elektoral).

Setiap empat tahun, orang-orang yang duduk di Dewan Elektoral adalah yang sebenarnya menentukan siapa presiden dan wakil presiden baru AS.

Berikut adalah penjelasan apa itu Electoral College dan mengapa jadi kunci kemenangan di pilpres AS.

Ketika orang-orang Amerika pergi ke TPS, mereka sebenarnya memilih sekelompok pejabat yang akan menduduki Electoral College.

Kata "college" di sini bermakna sekelompok orang dengan tugas bersama. Orang-orang ini disebut electors, dan tugasnya adalah memilih presiden serta wakil presiden.

Pertemuan Dewan Elektoral dilakukan 4 tahun sekali, beberapa minggu setelah hari pemilihan.

Bagaimana cara kerja Electoral College?

Dilansir dari BBC pada Rabu (28/10/2020), setiap negara bagian secara kasar punya jumlah electors sesuai jumlah penduduknya. Semakin banyak penduduknya, maka elector-nya semakin banyak.

Masing-masing dari 50 negara bagian AS ditambah Washington DC memiliki jumlah electoral votes yang sama dengan jumlah anggotanya di DPR ditambah dua Senator mereka.

California memiliki jumlah electors terbanyak yaitu 55, sedangkan negara-negara bagian yang berpenduduk sedikit seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota (serta Washington DC sebagai ibu kota) minimal punya 3, sehingga total ada 538 electors.

Setiap elector mewakili jatah satu electoral vote, dan capres harus meraup minimal 270 electoral votes untuk melenggang ke Gedung Putih.

Biasanya negara bagian memberikan semua suara Dewan Elektoral untuk capres yang memenangkan suara dari popular votes.

Misalnya jika seorang capres menang 50,1 persen suara di Texas, dia akan mendapat semua dari 38 electoral votes di negara bagian itu.

Oleh karena itu capres bisa menjadi presiden AS dengan memenangkan sejumlah negara bagian krusial, meski memiliki suara publik yang lebih sedikit dari seluruh negeri.

Hanya negara bagian Maine dan Nebraska yang menggunakan metode "distrik kongresional".

Artinya, satu elector dipilih di setiap distrik kongresional berdasarkan pilihan rakyat, sedangkan dua electors lainnya dipilih berdasarkan pilihan terbanyak rakyat di seluruh negara bagian.

Inilah sebabnya mengapa para capres menargetkan negara bagian tertentu, daripada mencoba memenangkan sebanyak mungkin suara publik di seluruh penjuru negeri.

Adakah capres yang kalah popular vote tapi menang pilpres?

Ada dua dari lima pilpres terakhir yang dimenangkan oleh capres dengan suara publik lebih rendah dibandingkan lawannya.

Terbaru, pada 2016 Donald Trump kalah hampir 3 juta suara publik dari Hillary Clinton tapi berhak menduduki kursi nomor 1 di Gedung Putih karena menang mayoritas di Electoral College.

Sebelumnya pada 2000 George W Bush juga menang di Electoral College dengan 271 suara, meski Al Gore dari Partai Demokrat unggul lebih dari 500.000 suara di popular votes.

Mundur lebih jauh ke belakang, ada tiga presiden lain yang menang pilpres walau kalah di popular votes yaitu John Quincy Adams, Rutherford B Hayes, dan Benjamin Harrison. Semuanya pada abad ke-19.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas