Antisipasi Kerusuhan Akibat Pilpres, Toko-toko di AS Pilih Tutup
Sejumlah pemilik bisnis di Amerika Serikat menutup jendela-jendela dengan papan dan bersiap kemungkinan terjadinya kerusuhan pasca pemilu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AS - Warga Amerika Serikat (AS) berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara untuk memilih presiden dalam pemilu yang paling memecah-belah rakyatnya dalam puluhan tahun terakhir.
Di sejumlah TPS, warga antre sejak dini hari untuk mencoblos dengan pilihan petahana dari Partai Republik, Donald Trump dan penantangnya Joe Biden dari Partai Demokrat.
TPS dibuat di sejumlah tempat termasuk sekolah-sekolah dan perpustakaan.
Tempat pemungutan suara pertama telah dibuka di Vermont pada pukul 05:00 waktu setempat atau pukul 17:00 waktu Indonesia Barat (WIB).
Tempat-tempat pemungutan suara pertama akan ditutup pada pukul 18:00 waktu wilayah timur setempat (06:00 WIB Rabu 4 November) dan di Alaska TPS akan buka sampai Rabu pagi pukul 06:00 (13:00 WIB).
Baca juga: Pemenang Pilpres AS Diumumkan Malam Ini Jika Tidak Ada Halangan
Kedua calon presiden menghabiskan waktu-waktu terakhir kampanye di negara-negara bagian kunci.
Donald Trump, 74 tahun, berusaha agar tidak menjadi presiden petahana pertama yang gagal memenangkan periode kedua sejak George HW Bush pada 1992.
Setelah maraton berkampanye selama beberapa hari menjelang pemilihan presiden, Trump kembali ke Gedung Putih; sementara Biden ke Scranton, Pennsylvania, rumah masa kecilnya dan juga basis Partai Demokrat di Philadelphia.
Jajak pendapat nasional menunjukkan bahwa Biden unggul namun persaingannya dengan Trump di sejumlah negara bagian penting lebih ketat dan dapat menentukan hasil pemilu ini.
Toko-toko tutup
Sejumlah pemilik bisnis di Amerika Serikat menutup jendela-jendela dengan papan dan bersiap kemungkinan terjadinya kerusuhan pasca pemilu.
Ritel Saks 5th Avenue dan Nordstrom, serta jaringan farmasi CVS termasuk toko-toko yang mengambil tindakan jaga-jaga dengan menutup jendela kaca dengan papan.
Walmart mengatakan pekan lalu mereka untuk sementara menurunkan senjata dan amunisi dari tempat pajangan di ribuan jaringan supermarket itu di Amerika Serikat.