6 Tuntutan Hukum yang akan Dihadapi Trump setelah Tinggalkan Gedung Putih dalam 70 Hari
Berikut ini Tribunnews rangkum enam tuntutan hukum yang mungkin akan dihadapi Trump di ujung masa jabatannya sebagai Presiden AS.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Masa jabatan Presiden Donald Trump akan segera berakhir dalam 70 hari ke depan.
Beberapa tuntutan hukum tengah menunggu Trumps setelah meninggalkan Gedung Putih.
Mengutip CNN, sekira ada setengah lusin kasus yang melibatkan Presiden AS ke-45 tersebut.
Berikut ini Tribunnews rangkum enam tuntutan hukum yang mungkin akan dihadapi Trump di ujung masa jabatannya sebagai Presiden AS:
Baca juga: Pemimpin Hizbullah Lebanon Sindir Donald Trump Alami Kekalahan Memalukan dalam Pilpres AS 2020
Baca juga: Trump Gagal Move On, Ini Sederet Politisi Partai Republik yang Ucapkan Selamat kepada Joe Biden
1. Kantor Jaksa Wilayah Manhattan tengah menyelidiki keuangan Trump Organization
Muncul pertanyaan mengenai beberapa pembayaran sejumlah uang secara diam-diam dan dilakukan menjelang Pilpres AS 2016 lalu oleh 'pemecah masalah' Trump saat itu, Michael Cohen.
Kasus ini melibatkan wanita yang dituduh terlibat dalam perselingkuhan dengan Trump.
Pada 2019 lalu,di bawah sumpah, Cohen mengatakan kepada Kongres bahwa dia tak ragu Trump mengetahui tentang uang tutup mulut.
CNN melaporkan, penyelidikan menunjukkan ada masalah lebih luas dari sekadar uang tutup mulut.
Seperti yang ditulis oleh Kara Scannell dan Erica Orden dari CNN bulan lalu.
"Jaksa telah menyarankan dalam pengajuan pengadilan bahwa, penyelidikan dapat memeriksa apakah Presiden dan perusahaannya terlibat dalam penipuan bank, penipuan asuransi, penipuan pajak kriminal, dan pemalsuan catatan bisnis."
Baca juga: 6 Hal yang Bisa Dilakukan Donald Trump di Akhir Masa Berkuasanya: Hasilkan Uang dari Gedung Putih
Baca juga: Trump Tunda Penetapan Larangan Penggunaan TikTok di AS
2. Jaksa Agung Negara Bagian New York Memeriksa Aset Trump
New York Times mewartakan, setelah kesaksian Cohen yang menuduh Trump dan anggota keluarganya berulang kali "meningkatkan total asetnya untuk memenuhi tujuannya, seperti mencoba masuk daftar orang-orang terkaya Forbes.
Tak hanya itu, Trump dicurigai 'mengempiskan' asetnya untuk mengurangi pajak properti.