Beberapa Orang yang Terlibat Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Ditangkap: Tak Akan Lolos dari Keadilan
Beberapa orang yang terlibat dalam pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka di Iran, Mohsen Fakhrizadeh telah ditangkap.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Republik Islam ini disebut rentan terhadap serangan lebih lanjut.
Mengkhawatirkan, Iran Berjanji Membangun 2 Fasilitas Nuklir Baru
Kemungkinan balas dendam Iran atas pembunuhan Fakhrizadeh lebih dari sekadar peningkatan pengayaan uranium dan pengusiran pengawas senjata.
Dilansir Science Mag, dua ketentuan undang-undang yang disahkan parlemen Iran baru-baru ini membuat khawatir para ahli nonproliferasi pekan lalu.
Yang juga mengkhawatirkan adalah fasilitas baru yang diwajibkan hukum memungkinkan Iran membuat plutonium dan membuat uranium menjadi komponen bom.
Undang-undang tersebut dikerjakan selama berbulan-bulan, tetapi parlemen mempercepatnya setelah pembunuhan terhadap Mohsen Fakhrizadeh, menurut direktur unit penelitian Pengawal Revolusi berdasarkan International Atomic Energy Agency (IAEA).
Dewan Penjaga Iran minggu lalu menyetujui undang-undang tersebut.
Batasan potensial pada pemantauan IAEA menjadi perhatian khusus, kata seorang diplomat Eropa yang terlibat dalam negosiasi dengan Iran.
Baca juga: IRGC:Ilmuwan Nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh Dibunuh dengan Senjata Canggih yang Dikendalikan Satelit
Baca juga: Biden: Kesepakatan Nuklir Iran adalah Cara Terbaik untuk Hindari Perlombaan Senjata Timur Tengah
"IAEA akan menjadi buta di banyak bidang pembentukan nuklir Iran."
Pemerintahan Presiden Iran, Hassan Rouhani, menentang undang-undang tersebut.
Namun, Menteri Luar Negeri, Mohammad Javad Zarif, mengatakan pada forum internasional pekan lalu: "Kami akan menerapkannya. Kami tidak punya pilihan lain."
Namun, Zarif mencatat bahwa undang-undang tersebut dapat dibalik.
Iran bisa membatalkan undang-undang tersebut jika Amerika Serikat kembali ke kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Dengan kesepakatan itu, Iran berjanji menahan program nuklirnya dengan imbalan bantuan terhadap sanksi ekonomi.
Pemerintahan Trump menarik diri dari JCPOA pada 2018, sedangkan Presiden terpilih Joe Biden berjanji untuk bergabung kembali.
JCPOA, kata para pendukung, memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk mengumpulkan bahan fosil yang cukup untuk sebuah bom, dari beberapa minggu menjadi setidaknya 1 tahun.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)