Sumber Diplomatik, Jerusalem Post: Oman dan Indonesia Kemungkinan Akan Jalin Hubungan dengan Israel
Pemerintahan Trump terus melanjukan upayanya untuk membawa lebih banyak negara Arab dan Muslim ke dalam
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
"Kesepakatan damai menjadi hal biasa," canda O'Brien.
"Bangsa-bangsa di kawasan ini mengesampingkan ide-ide lama dan keluhan lama dan merangkul masa depan yang lebih baik," kata O'Brien.
"Mereka merangkul masa depan yang lebih baik berdasarkan tujuan bersama dan kepentingan bersama," jelasnya.
O'Brien mencatat bahwa perjanjian normalisasi dengan Maroko sangat istimewa karena begitu banyak warga Israel "melacak leluhur mereka melalui Maroko, jadi sebesar kesepakatan lain ini, ini adalah kesepakatan khusus."
Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump dan timnya atas peran dan upaya yang telah mereka lakukan untuk membawa kesepakatan yang membuahkan hasil.
Dia sempat bercanda, mengingat empat kesepakatan yang telah terjadi dengan UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko.
"Israel sekarang dihadapkan dengan dilema besar. Kemana harus pergi? Dubai atau Maroko? Abu Dhabi atau Maroko? Tetapi saya yakin kami akan menyelesaikan dilema itu. Kami akan pergi ke keduanya," tambah Netanyahu.
Pada Jumat pekan lalu, Oman menyambut baik pengumuman hubungan antara Israel dan Maroko, dan menyatakan harapan, mereka "akan berusaha lebih lanjut untuk mencapai perdamaian yang komprehensif, adil dan abadi di Timur Tengah."
Netanyahu mengunjungi Oman pada tahun 2018 dan bertemu dengan pemimpinnya saat itu, almarhum Sultan Qaboos.
Israel memiliki hubungan perdagangan tidak resmi dengan Oman pada 1994-2000, dan negara-negara itu bekerja sama dalam menentang agresi Iran.
Israel dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik formal, tetapi mereka bekerja sama dalam perdagangan dan pariwisata.
Indonesia membeli senjata dari Israel pada 1970-an dan 1980-an, dan tentara Indonesia telah berlatih di Israel.
Pada tahun 1993, perdana menteri Yitzhak Rabin bertemu presiden Indonesia Soeharto di Jakarta.
Bertentangan dengan laporan media Ibrani, sumber diplomatik itu mengatakan normalisasi dengan Arab Saudi tidak mungkin sebelum Presiden terpilih AS Joe Biden memulai masa pemerintahannya, meskipun Saudi telah memberikan persetujuan diam-diam atas perjanjian Abraham.( Jerusalem Post)