Iran Bangun Sistem Pertahanan Udara Dekat Situs Nuklirnya Antisipasi Serangan Amerika
Iran memperkuat sistem pertahanan udara yang terletak di dekat fasilitas nuklirnya mengantisipasi kemungkinan serangan Amerika.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Iran memperkuat sistem pertahanan udara yang terletak di dekat fasilitas nuklirnya sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan serangan rudal yang dilakukan Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut seperti yang dikabarkan surat kabar Kuwaiti Al-Qabas pada hari Kamis kemarin, mengutip sumber informasi dari Iran.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (25/12/2020), langkah tersebut diambil di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS menjelang purna tugasnya Presiden AS saat ini Donald Trump.
Baca juga: Mekanik di Maskapai Amerika Serikat Ini Tewas Setelah Tertimpa Mesin Pesawat
Sebelumnya, Donald Trump menuliskan cuitan di Twitter pribadinya bahwa serangan roket yang baru-baru ini ditargetkan ke Kedutaan Besar AS di Irak dilakukan dari wilayah Iran.
Ia pun memperingatkan bahwa AS akan meminta pertanggungjawaban Iran jika ada warga negaranya yang tewas dalam serangan roket selanjutnya.
Iran pun membantah tuduhan tersebut.
Baca juga: Wah, Rudal Balistik Antarbenua Bikinan Rusia Bisa Jangkau Amerika Serikat
Iran telah membangun sistem pertahanan udara dan pencari radar melalui pasukan kedirgantaraan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) untuk melindungi fasilitas penting bagi program nuklir Iran dari serangan yang bertujuan mengganggu proses pengayaan uranium.
Secara khusus, tindakan pencegahan ini dilakukan di provinsi Isfahan yang menjadi area pabrik pengayaan uranium Natanz.
Sebelumnya, serangan roket baru-baru ini terjadi pada hari Minggu lalu, saat penjaga pertahanan yang ditempatkan di Kedubes AS menembak jatuh tiga roket yang ditembakkan ke wilayah Zona Hijau di Baghdad, Irak.
Baca juga: Tanggapi Tekanan Amerika, Damaskus Takkan Usir Iran/Hizbollah dari Suriah
Zona Hijau ini merupakan daerah yang dijaga ketat karena semua kantor pemerintah dan misi diplomatik ada di sana.
Serangan terhadap zona ini, mendorong pemerintah AS untuk mempertimbangkan menutup kedutaan besarnya di wilayah tersebut.
Perlu diketahui, ketegangan meningkat lebih jauh di wilayah itu setelah pembunuhan terhadap Ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh.
Iran menuding agen mata-mata Israel Mossad berada dibalik kematian Fakhrizadeh dan bersumpah akan membalas dendam.
Israel pun membantah tuduhan tersebut.
Beberapa pejabat Iran juga menuduh adanya keterlibatan AS dalam pembunuhan Fakhrizadeh.