Partai Republik Marah, Serukan Presiden Donald Trump Harus Dicopot Sebelum 20 Januari
Empat di antaranya menyerukan agar Amandemen ke-25 dicabut, dan dua lainnya mengatakan Presiden harus di-impeach atau dimakzulkan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON — Setelah demonstran pendukung Donald Trump menyerbu gedung Capitol Amerika Serikat (AS) pada Rabu (6/1/2021), semakin banyak pemimpin Partai Republik meyakini Presiden Donald Trump harus dicopot dari jabatannya sebelum 20 Januari.
Empat di antaranya menyerukan agar Amandemen ke-25 dicabut, dan dua lainnya mengatakan Presiden harus di-impeach atau dimakzulkan.
"Dia harus di-impeach dan dicopot," kata salah seorang pejabat terpilih dari Partai Republik seperti dilansir CNN, Kamis (7/1/2021).
Seorang mantan pejabat senior mengatakan tindakan Presiden Trump cukup mengerikan dan cukup untuk menyingkirkannya bahkan dengan waktu yang begitu singkat tersisa dalam masa jabatannya.
"Saya pikir ini telah menjadi kejutan besar bagi sistem," kata mantan pejabat itu.
"Bagaimana Anda menahannya selama dua minggu setelah ini?"
Dengan memakzulkan dan mencopot Trump, bahkan pada tahap akhir masa jabatannya ini, Senat kemudian dapat memilih untuk mendiskualifikasi Trump agar tidak pernah memegang jabatan federal lagi.
Baca juga: Kerusuhan di Gedung Capitol AS: Dari Unjuk Rasa Massa Pendukung Trump Hingga Empat Orang Tewas
Di sisi lain, mengikuti Amandemen ke-25, berarti akan mengharuskan Wakil Presiden Mike Pence dan mayoritas Kabinet memilih untuk mencopot Trump dari jabatannya karena ketidakmampuannya untuk "melepaskan kekuasaan dan tugas kantornya" -- langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Beberapa anggota Kabinet mengadakan diskusi awal tentang penerapan Amandemen ke-25,” ujar sumber CNN dari partai Republik.
Diskusi sedang berlangsung,tetapi tidak jelas apakah akan ada cukup anggota Kabinet untuk memutuskan pencopotan Trump.
“Percakapan telah mencapai Capitol Hill di mana beberapa senator telah diberitahu tentang diskusi,” kata sumber itu.
Dalam beberapa menit setelah pengunjuk rasa merangsek masuk gedung Capitol pada Rabu sore, Partai Republik sedang meninjau kembali gagasan untuk mencopot Trump dari jabatannya. Wacana itu sempat ditolak oleh hampir semua anggota partai pada persidangan pemakzulan tahun lalu.
Kecaman keras terhadap Trump juga belum pernah terjadi sebelumnya. Mantan Presiden George W. Bush, melayangkan teguran keras pada Rabu malam.
Bush menyebut "pemberontakan" di Capitol sebagai "pemandangan yang memuakkan dan memilukan."
Walaupun tidak menyebutkan nama Trump, Bush mengatakan dia "terkejut dengan perilaku sembrono beberapa pemimpin politik sejak pemilu, dan oleh kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan hari ini untuk lembaga kami, tradisi kami, dan penegakan hukum kami."
Mitt Romney, senator Utah yang merupakan satu-satunya dari partai Republik yang memilih untuk memvonis Presiden untuk dilakukan pemakzulan tahun lalu, melangkah lebih jauh, menyebut Presiden sebagai "orang egois" yang "sengaja salah memberi informasi kepada para pendukungnya" tentang hasil pemilu.
Romney juga menyebut serangan terhadap Capitol sebagai "pemberontakan" dan menyalahkan Trump, dengan mengatakan dia "mengaduk [pendukung] untuk bertindak pagi ini."
Anggota DPR dari Partai Republik Wyoming Liz Cheney, mengungkapkan kemarahan dan frustrasi Romney pada Trump.
"Tidak diragukan lagi bahwa Presiden membentuk massa. Presiden menghasut massa, Presiden berbicara kepada massa," kata Cheney di Fox News.
"Dia menyalakan api," tegasnya.
Dan Senator Tom Cotton dari Arkansas, sekutu Trump meminta Presiden untuk menghentikan semua penghasutan yang menyesatkan rakyat.
"Sudah waktunya bagi presiden untuk menerima hasil pemilu, berhenti menyesatkan rakyat Amerika, dan menolak kekerasan massa," kata Cotton.
Partai Republik lainnya di Capitol Hill sangat marah juga dengan Presiden Trump.
"Presiden perlu menghentikannya," kata kader Repuplik Mike Gallagher dari Wisconsin kepada Jake Tapper dari CNN.
"Hentikan! Sudah berakhir. Pemilu sudah selesai," demikian seruannya.
Republikan lainnya, Adam Kinzinger dari Illinois menepis cuitan Trump pada Rabu sore yang meminta para perusuh di Capitol untuk "tetap damai."
"Itu pengecut," kata Kinzinger kepada Tapper.
"Dia perlu berdiri dan berkata, saya kalah dalam pemilu, biarkan penghitungan dilanjutkan."
Namun karena Trump tampaknya tidak mungkin membuat konsesi-konsesi itu, dua aktivis Republik lama dan sekutu Gedung Putih mengatakan Presiden harus pergi.
"Pence harus bergerak melawannya pada Amandemen ke-25," kata salah satu anggota.
"Mereka perlu segera menerapkan Amandemen ke-25," sahut yang lain.(CNN/Reuters/Fox News)