Dianggap Tak Bisa Kendalikan Massa Trump, Kepala Kepolisian Capitol AS Mengundurkan Diri
Kepala Kepolisian Capitol AS, Steven Sund mengundurkan diri di tengah kritik terhadap departemennya soal kerusuhan massa pendukung Donald Trump.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Kepolisian Capitol AS, Steven Sund mengundurkan diri di tengah kritik terhadap departemennya soal kerusuhan massa pendukung Donald Trump.
Sebelumnya diberitakan, pendukung Trump menyerbu Kantor Kongres atau Capitol pada Rabu (6/1/2021).
Massa menyerobot masuk dan berjalan-jalan bebas di dalam aula hingga menyebabkan anggota parlemen bersembunyi di bawah kursi mereka.
Para pendukung presiden petahana ini tidak ingin kemenangan Joe Biden disahkan dan Trump dianggap kalah.
Adapun pengunduran diri Sund mulai berlaku pada 16 Januari, beberapa hari sebelum pelantikan Presiden AS terpilih Joe Biden, kata jubir polisi pada Kamis (7/1/2021).
Pengumuman itu datang tak lama setelah kepala serikat departemen kepolisian menyerukan 'perubahan di puncak'.
Ketua serikat pekerja, Gus Papathanasiou menyatakan petugas merasa frustrasi dan demoralisasi dengan kurangnya kepemimpinan saat massa menyerobot masuk.
Papathanasiou menyalahkan kegagalan dan perencanaan sambil memuji petugas atas pekerjaan mereka.
Baca juga: Trump Ubah Fokus untuk Muluskan Transisi Pemerintahan ke Joe Biden
Baca juga: Resolusi Pemakzulan Terhadap Donald Trump Siap Rilis, Anggota Parlemen Teken Tanda Tangan
"Kami memprioritaskan nyawa daripada properti, mengarahkan orang ke keselamatan," kata pernyataan itu, dikutip dari NBC News.
"Tidak satu pun Anggota Kongres atau staf mereka yang terluka. Petugas kami melakukan tugasnya."
"Kepemimpinan kami tidak. Mitra Penegakan Hukum kami yang membantu kami sangat luar biasa," bunyi pernyataan itu.
Penyataan itu tidak secara langsung meminta Steven Sund untuk mengundurkan diri.
Sund sendiri pada Kamis, memuji para polisi Capitol dan menyebut tindakan mereka heroik.
Dia juga mengecam kekacauan yang terjadi di Gedung Kongres itu sebagai perilaku kriminal berbahaya.
Polisi Capitol dihujani kritikan pascainsiden tersebut.
Mereka dianggap tidak mampu memukul mundur pada demonstran.
Bahkan Joe Biden, pada Kamis juga mengatakan bahwa ada standar ganda yang dilakukan polisi antara pendemo BLM (Black Lives Matter) dengan massa pendukung Trump.
Menurut presiden terpilih ini, polisi tidak sama rata dalam menyikapi kedua pendemo tersebut.
"Tidak ada yang bisa memberi tahu saya bahwa jika itu adalah sekelompok Black Lives Matter yang memprotes kemarin, mereka tidak akan diperlakukan sangat, sangat berbeda dari gerombolan preman yang menyerbu Capitol," kata Biden.
"Kita semua tahu itu benar. Dan itu tidak bisa diterima. Sama sekali tidak bisa diterima," tambahnya.
Dalam wawancara dengan NBC, mantan Kepala Polisi Capitol AS Terrance Gainer menilai tanggapan polisi sebagai kegagalan dan hal ini menimbulkan banyak pertanyaan.
"Jelas ada kegagalan," katanya.
"Harus ada banyak pertanyaan dan jawaban yang diberikan. Yang sangat jelas adalah polisi meremehkan massa yang melakukan kekerasan dan besarnya jumlah itu, dan mereka melebih-lebihkan kemampuan mereka untuk mengendalikannya," kata Gainer.
Baca juga: Trump : Saya Berkomitmen Penuh untuk Transisi Lancar dan Teratur
Baca juga: Ini Foto Wajah Para Pendukung Donald Trump yang Dirilis Polisi dan FBI, Kini Berstatus Buron
Aksi anarkis yang terjadi di Capitol merupakan pelanggaran besar pertama sejak perang pada 1812 saat tentara Inggris membakar gedung badan legislatif.
Sehari sebelum aksi, Trump mendorong pendukungnya untuk pergi ke Capitol dan memprotes penghitungan suara Electoral College oleh Kongres.
Pihak berwenang akhirnya dapat membersihkan gedung dari amukan massa sehingga anggota parlemen bisa menjalani penegesahan kemenangan Biden.
Anggota DPR dan Senat bekerja semalam untuk mengesahkan surat suara dari semua 50 negara bagian.
Hingga pada akhirnya mengkonfirmasikan kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris.
Garda Nasional telah dikerahkan untuk melakukan pengamanan di Capitol untuk 30 hari ke depan.
Artinya mereka akan bersiaga di saat pelantikan Joe Biden pada 20 Januari mendatang.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)