Donald Trump Akhirnya Akui Kemenangan Joe Biden, tapi Tidak Sebut Nama dan Tidak Beri Ucapan Selamat
Presiden Donald Trump akhirnya akui kemenangan Joe Biden di tengah kritikan tajam yang tertuju padanya akibat responsnya mengenai kerusuhan di Capitol
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Donald Trump akhirnya akui kemenangan Joe Biden di tengah kritikan tajam yang tertuju padanya akibat responsnya mengatasi kerusuhan di Capitol AS pada Rabu (6/1/2020) lalu.
"Pemerintahan baru akan diresmikan pada 20 Januari," Trump mengakui dalam sebuah video yang diposting di media sosial.
"Fokus saya sekarang adalah memastikan transisi yang mulus dan teratur. Momen ini membutuhkan penyembuhan dan rekonsiliasi."
Trump tidak menyebut nama Joe Biden atau memberi selamat kepada saingannya secara langsung.
Trump mengakui bahwa Amerika "baru saja melalui pemilihan yang intens".
"Emosi harus didinginkan dan ketenangan harus dipulihkan," katanya.
Baca juga: Nasib Pilu Donald Trump, Ditinggal Orang-orang Dekatnya hingga Twitter-nya Diblokir
Baca juga: Resolusi Pemakzulan Terhadap Donald Trump Siap Rilis, Anggota Parlemen Teken Tanda Tangan
Meski Trump tampaknya menyerah dalam upayanya untuk membalikkan hasil pemilu, di akhir video, ia mengisyaratkan bahwa dia terus melihat masa depan dalam politik.
Trump juga menyapa semua "pendukungnya yang luar biasa" dan berjanji bahwa "perjalanan luar biasa baru saja dimulai."
Video itu merupakan video pertama yang diunggah Trump sejak akunnya dibekukan oleh Twitter selama 12 jam.
Trump sebelumnya mengatakan kepada para pendukungnya untuk "pulang dengan damai" tetapi juga memuji pembangkangan mereka.
"Kami mencintaimu," kata Trump dalam video itu. "Kalian sangat spesial."
Pada Rabu pagi, Trump mengatakan kepada para pendukungnya pada rapat umum di dekat Gedung Putih bahwa dia "tidak akan pernah menyerah" sambil mengulangi klaim penipuan pemilu yang tidak berdasar.
"Anda tidak pernah mengakui jika ada kecurangan," ujarnya.
Tetapi kondisi politik berubah signifikan sejak saat itu, Demokrat dan bahkan beberapa mantan sekutunya berpendapat Trump harus dicopot dari jabatannya sesegera mungkin baik melalui permohonan Amandemen ke-25 atau pemakzulan.