PM Singapura Lee Hsien Loong Terima Suntikan Pertama Vaksin Covid-19
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menerima suntikan pertama vaksin Covid-19 pada Jumat (8/1/2021).
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA — Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menerima suntikan pertama vaksin Covid-19 pada Jumat (8/1/2021).
PM Lee mengajak semua warga untuk tidak ragu-ragu menerima suntikan vaksin.
Pemerintah Singapura mengatakan studinya menunjukkan hampir 60% penduduk bersedia untuk divaksinasi.
Tetapi rencana itu telah membangkitkan keraguan langka di antara beberapa orang karena risiko infeksi yang rendah di negara kepulauan dan kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping dari vaksin yang berkembang dengan cepat.
"Ini akan membuat kita lebih aman, dan itu akan membuat Anda dan orang yang Anda cintai lebih aman juga. Jadi silakan ambillah, ketika Anda bisa," kata Lee, 68, setelah menerima suntikan vaksin di rumah sakit setempat, seperti dilansir Reuters Jumat (8/1/2021).
Meskipun hanya menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech. Pemerintah Singapura juga telah mengamankan cukup dosis untuk 5,7 juta penduduknya termasuk dari pembuat vaksin lainnya seperti Moderna dan Sinovac.
Sebelumnya Singapura sudah melakukan vaksinasi awal untuk para pekerja garis depan, yakni petugas medis, pada akhir Desember lalu.
Lee mengatakan vaksinasi yang lebih luas bagi staf perawatan akan dimulai pada Jumat (8/1/2021), kemudian disusul orang lanjut usia pada bulan depan.
Baca juga: Singapura Pertimbangkan Pelonggaran Akses Masuk Turis yang Sudah di Vaksin Covid-19
Sementara vaksin untuk semua penduduk akan dilakukan pada akhir tahun paling lambat.
"Kami mendapat vaksinasi lebih awal untuk menunjukkan kepada warga Singapura bahwa kami yakin vaksin itu aman dan efektif," kata Lee dalam sebuah postingan di Facebook.
Ia menambahkan dirinya telah divaksinasi bersama Direktur Layanan Media Kementerian Kesehatan Singapura, Kenneth Mak.
Di Singapura, vaksinasi bersifat sukarela.
Pihak berwenang Singapira telah mengatakan mereka akan mempertimbangkan melonggarkan pembatasan perjalanan bagi orang-orang yang telah divaksinasi terhadap penyakit yang telah menewaskan sekitar 1,9 juta orang secara global.(Reuters)