Biden-Harris Akan Multilateralis dan Rewel Soal Hak Asasi Manusia
Biden telah lama dikenal pendukung multilateralisme. Ia berjanji memulihkan aliansi politik, keamanan, dan perdagangan, yang rusak di era Trump.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Hubungan Biden dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang merayu Trump saat Inggris menarik diri dari Uni Eropa, masih belum jelas.
Meski demikian, Biden, yang menjabat sebagai senator Demokrat di Komite Hubungan Luar Negeri Senat 1997-2009, menggambarkan dirinya pemimpin yang membangun hubungan pribadi dengan rekan-rekannya.
Berdasarkan pengalaman politik hampir lima dekade, Biden juga mengatakan dia tidak takut untuk berbicara langsung saat dibutuhkan.
Presiden Barack Obama memuji kemampuan Joe Biden mengejar tujuan yang berbeda tanpa terjebak dalam perdebatan ideologis yang lebih luas.
Sementara itu, Biden dengan cepat bergerak untuk mengisi pemerintahannya dengan diplomat terkemuka di pos-pos kunci.
Ia menominasikan negosiator kesepakatan nuklir Iran untuk posisi nomor dua atau Deputi Menlu di Departemen Luar Negeri AS.
Biden-Harris Akan Lebih Tegas Urusan Pelanggaran HAM
Dia juga berjanji mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap para pelanggar hak asasi manusia, menandakan kemunduran hubungan dekat AS-Saudi di era Trump.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman sangat baik berhubungan dengan Trump. Begitu juga Presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro, dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.
Sementara Trump jelas merasakan kedekatannya dengan otokrat, Biden mendefinisikan dirinya dalam hal membangun hubungan dengan demokrat, mereka yang memiliki kepentingan dan nilai yang sama.
Penilaian disampaikan PJ Crowley, mantan asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan publik di bawah Presiden Obama.
Namun, itu tidak berarti Biden tidak akan bekerja dengan para pemimpin dengan kecenderungan otokratis jika itu cocok dengan tujuan yang lebih luas.
Leverett menunjuk pernyataan kontroversial Biden pada 2011 terkait Presiden Mesir Hosni Mubarak, yang menjunjung perdamaian dengan Israel, sebagai "bukan diktator".
Crowley mengatakan Trump juga mengambil pendekatan "transaksional" dengan banyak pemimpin, termasuk pemimpin Israel Benjamin Netanyahu.