Biden-Harris Akan Multilateralis dan Rewel Soal Hak Asasi Manusia
Biden telah lama dikenal pendukung multilateralisme. Ia berjanji memulihkan aliansi politik, keamanan, dan perdagangan, yang rusak di era Trump.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Hubungan Biden dengan Presiden China Xi Jinping juga akan diawasi ketat menyusul meningkatnya ketegangan antara kedua negara selama empat tahun terakhir.
Biden menghabiskan banyak waktu dengan Xi dalam perannya sebagai Wakil Presiden AS, tetapi dia baru-baru ini menyebut pemimpin China itu preman.
Pendekatannya ke Iran, yang dia dan pihak-pihak Eropa harapkan untuk dibawa kembali ke kesepakatan nuklir multilateral, juga akan diawasi secara cermat.
Pengamat lain berpendapat pendekatan diplomatik Biden secara keseluruhan tidak sejalan dengan era persaingan kekuatan besar saat ini.
Kekuatan-kekuatan yang muncul bersaing untuk membangun jaringan pengaruh mereka sendiri.
“Kita hidup di dunia realis, di mana kekuasaan sangat, sangat penting,” kata James Carafano, pakar politik dan keamanan internasional di Heritage Foundation.
“Negara-negara yang ingin menjadi aman, bebas, dan sejahtera di dunia itu, mereka akan mendasarkan penilaian politik dan penilaian geopolitik mereka pada hubungan kekuasaan, ” imbuhnya.
“Saya memang berpikir kebijakan luar negeri (Trump) sebagian besar didasarkan realism, dan saya pikir orang-orang bingung atas kepentingan pribadi yang menguasai atau isolasionisme,” katanya.
Namun, para pendukung berpendapat Biden memiliki pengalaman, dan staf di sekitarnya, untuk memajukan kepentingan AS yang lebih pragmatis dan efektif.
“Saya pikir apa yang akan Anda lihat di Biden adalah tulang punggung dalam masalah dan gagasan,” ujar Joel Rubin, Wakil Menlu AS urusan legislatif di bawah Obama.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)