Biden Resmi Jadi Presiden AS, Pendukung Trump Tetap Yakin Pilpres Curang
Ada hampir 75 juta rakyat AS yang mencoblos Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) AS November 2020 lalu.
Editor: Hasanudin Aco
"Saya berharap partai baru dapat diluncurkan, Partai Patriot. Itu akan menjadi skenario terbaik dan akhir dari sistem dua partai,” hapar Maxson.
Pemakzulan dianggap inskontitusional
Doug McLinko, politikus dari Partai Republik, khawatir Partai Demokrat mungkin mencoba membatalkan sistem Electoral College.
"Pedesaan Amerika tidak akan memiliki suara, hanya wilayah metropolitan utama. Negara ini tidak pernah terpecah sebelumnya," kata McLinko.
McLinko menambahkan, dia mengaku bermasalah dengan kelompok kiri karena menganggap pendukung Trump sebagai neo-Nazi.
"Anda menyebut seseorang Nazi, saya rasa tidak ada frasa yang lebih buruk, namun itulah yang mereka lakukan dan selanjutnya mereka berbicara tentang memulihkan negara," ujar McLinko.
Dia juga mengkritik pemakzulan terhadap Trump yang diteken oleh DPR AS beberapa hari sebelum Biden dilantik.
“Mereka tampaknya lupa bahwa 75 juta orang memilihnya (Trump)," tambahnya sambil mempercayai bahwa Trumpisme akan tetap ada.
"Populisme nasional lebih dari Donald Trump dan itu tidak akan berhasil," imbuh McLinko.
Tidak percaya pada Biden
"Saya merasa Biden akan membatalkan semua yang telah dilakukan Trump," kata Sharon McGettrick, seorang pekerja asuransi kesehatan dari Clearwater, Florida.
Dia berharap kebijakan imigrasi yang telah dilakukan Trump untuk semakin membatasi para imigran datang ke AS seharusnya tetap dilanjutkan.
McGettrick juga meyakini bahwa pandemi Covid-19 telah diatur oleh China untuk merusak AS secara finansial.
"Tidak ada kelas menengah lagi. Anda kaya atau miskin. Saya menghasilkan 31.000 dollar AS (Rp 434 juta) setahun, yang jika Anda melihat statistik berarti saya dalam kemiskinan,” tutur McGettrick.