Trump Berdoa untuk Keberhasilan Pemerintahan Biden dalam Menjaga Amerika Tetap Aman dan Sejahtera
Trump mengatakan tanpa bukti bahwa pemilu telah dicurangi terhadapnya dan memberi tekanan pada pejabat negara untuk membatalkan hasil pemilu.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pidato perpisahan berdoa bagi pemerintahan baru, tanpa menyebut nama Presiden terpilih Joe Biden.
Trump telah menolak untuk menawarkan konsesi penuh kepada Presiden terpilih dari partai Demokrat, Joe Biden yang memenangkan pemilu 3 November 2020 dengan 306 suara Electoral College dan Trump memperoleh 232.
Trump juga berencana tidak akan menghadiri upacara pengambilan sumpah seperti tradisi penyerahan kekuasaan ke Gedung Putih.
Trump justru berencana terbang ke Florida.
"Minggu ini, kami meresmikan pemerintahan baru dan berdoa untuk keberhasilannya dalam menjaga Amerika tetap aman dan sejahtera," kata presiden dari Partai Republik itu dalam sambutannya seperti dikutip Reuters, Rabu(20/1/2021).
"Kami menyampaikan harapan terbaik kami, dan kami juga ingin mereka beruntung," tambah Trump.
Baca juga: Reaksi Pemimpin Dunia saat Joe Biden Dilantik: Israel Perkuat Aliansi, Hamas Syukuri Trump Tumbang
Trump berkampanye dengan janji untuk "Membuat Amerika Hebat Lagi" tetapi meninggalkan Gedung Putih dengan lebih dari 400.000 orang meninggal karena virus corona yang paling banyak di dunia, ekonomi yang berjuang dari pandemi, dan hubungan tegang dengan sekutu kunci AS.
"Bahaya terbesar yang kita hadapi adalah hilangnya kepercayaan pada diri kita sendiri, hilangnya kepercayaan pada kebesaran nasional kita," kata Trump.
Selama berbulan-bulan Trump mengatakan tanpa bukti bahwa pemilu telah dicurangi terhadapnya dan memberi tekanan pada pejabat negara untuk membatalkan hasil pemilu.
Pada unjuk rasa di dekat Gedung Putih pada 6 Januari, ia mendorong para pengikutnya untuk berbondong-bondong ke gedung kongres, sementara anggota parlemen menyatakan kemenangan Biden.
Trump telah bersembunyi di Gedung Putih selama minggu-minggu terakhir masa jabatannya, terguncang setelah kerusuhan oleh para pendukungnya di gedung Capitol 6 Januari lalu, yang menyebabkan lima orang tewas, termasuk seorang perwira polisi Capitol.
DPR memakzulkan Trump dengan tuduhan melakukan penghasutan, menjadikannya presiden pertama dalam sejarah AS yang di-impeach dua kali.
Dia harus menghadapi tuntutan setelah lengser dari jabatannya.
Dalam pidatonya yang direkam tersebut, Trump berusaha menyoroti aspek kepresidenannya yang ia banggakan.