Protes Anti-lockdown di Belanda Berakhir Ricuh, Pengunjuk Rasa Terlibat Bentrok dengan Polisi
Kerusuhan terjadi di Belanda saat pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi pada jam malam.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Polisi mengatakan mereka mengeluarkan lebih dari 5.700 denda karena pelanggaran jam malam, yang berlangsung dari jam 9 malam sampai jam 4.30 pagi waktu setempat.
"Ini tidak ada hubungannya dengan protes, ini adalah kekerasan kriminal," kata Rutte kepada wartawan di luar kantornya di Den Haag.
Sekolah dan toko non-esensial di Belanda telah ditutup sejak pertengahan Desember, menyusul penutupan bar dan restoran dua bulan sebelumnya.
Ada 13.579 kematian di Belanda akibat COVID-19 dan 952.950 infeksi hingga saat ini.
Baca juga: Buntut Brexit, Bea Cukai Belanda Sita Bekal Sandwich hingga Sereal dari Pengemudi Inggris
Baca juga: Virus Corona di Inggris Bermutasi, Belanda Setop Penerbangan dari London
Serikat buruh polisi NPB mengatakan mungkin akan ada lebih banyak protes lagi karena lockdown berlarut-larut dan program vaksinasi Belanda termasuk yang paling lambat di Eropa.
"Kami belum pernah melihat begitu banyak kekerasan dalam 40 tahun," kata anggota dewan polisi Koen Simmers di program televisi Nieuwsuur.
Gambar-gambar di televisi Belanda menunjukkan sekelompok pemuda menjarah toko, melempar sepeda dan membakar kota selatan Eindhoven.
Demonstrasi di Museum Square kota, yang melanggar larangan pertemuan publik, terjadi sehari setelah pemerintah memberlakukan jam malam untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua.
Polisi membersihkan alun-alun setelah orang-orang tidak mau pergi.
Polisi juga menahan mereka yang menyerang dengan batu dan kembang api di jalan-jalan terdekat, kata kantor walikota.
Pekan lalu, Parlemen memberikan suara tipis untuk menyetujui jam malam.
Jam malam dilakukan atas pertimbangan bahwa varian Covid-19 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris akan menyebabkan lonjakan kasus baru.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)