UNICEF: 70 Anak Terluka dalam Aksi Protes di Lebanon
Seorang anak berusia 15 tahun dievakuasi dari Tripoli tengah di tengah berlangsungnya aksi bentrokan antara polisi dengan para pengunjuk rasa.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TRIPOLI - Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengatakan aksi protes yang terjadi di kota terbesar kedua Lebanon, Tripoli, telah menyebabkan setidaknya 70 anak mengalami cedera selama satu pekan.
"Menurut laporan departemen darurat, bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di Tripoli, Lebanon utara, telah mengakibatkan luka-luka pada pada banyak orang, sedikitnya 70 anak terluka selama satu minggu," kata UNICEF cabang Lebanon dalam sebuah pernyataan.
Sementara pada hari Kamis lalu, seorang anak berusia 15 tahun dievakuasi dari Tripoli tengah di tengah berlangsungnya aksi bentrokan antara polisi dengan para pengunjuk rasa.
Remaja itu terluka pada bagian kepala dan tidak sadarkan diri.
Baca juga: Lebanon: 10 Orang Dilaporkan Terluka dalam Ledakan Gudang Gas di Dekat Perbatasan Suriah
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (31/1/2021), UNICEF telah memperingatkan untuk tidak melibatkan anak di bawah umur dalam aksi tersebut.
Organisasi ini juga menyerukan agar orang dewasa menjaga anak-anak dari tindakan kekerasan dan agresi, memastikan keamanan anak-anak serta melindungi kesehatan mereka.
Aksi protes berujung bentrokan di Tripoli, Lebanon ini terus berlanjut sejak Senin lalu, penegakan hukum pun diberlakukan pada para demonstran yang terlibat bentrok.
Baca juga: Laporan Badan Intelijen Lebanon setebal 350 Halaman, Ungkap Penangung Jawab Ledakan Beirut
Menurut data yang dihimpun Palang Merah Lebanon, lebih dari 400 orang mengalami luka-luka.
Dalam aksi, para demonstran ini menyerukan tuntutan terkait kualitas hidup dan kesempatan kerja yang lebih baik.
Mereka juga menyatakan ketidakpuasan terkait diperpanjangnya penerapan kebijakan sistem penguncian (lockdown) virus corona (Covid-19) serta kurangnya reformasi dan langkah-langkah untuk mengatasi krisis ekonomi yang parah di negara itu.