Kekhawatiran Munculnya Kudeta Militer di Myanmar saat Aung San Suu Kyi Ditahan
Aung San Suu Kyi ditahan menyusul kekhawatiran terkait ancaman kudeta militer yang bisa dilakukan saat parlemen baru negara itu dimulai.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Theresia Felisiani
Suu Kyi ditahan sebagai tahanan rumah selama lebih dari setengah periode antara tahun 1989 hingga 2010.
Ia pun memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1991 atas 'perjuangan tanpa kekerasan untuk menegakkan demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)' di Myanmar.
Reputasi internasionalnya jatuh, setelah dunia mengetahui tindakan brutal negaranya terhadap kelompok minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine.
Kendati demikian, ia tetap populer di Myanmar.
NLD merebut 396 dari 476 kursi pada gabungan majelis rendah dan parlemen Myanmar dalam Pemilu November 2020.
Namun militer negara itu memegang 25 persen dari total kursi di bawah konstitusi yang dirancang militer sejak 2008.
Beberapa posisi kementerian utama juga sengaja dicadangkan untuk orang yang ditunjuk oleh pihak militer.
Baca juga: PROFIL Aung San Suu Kyi, Pemimpin Myanmar yang Ditahan Militer, Putri dari Seorang Jenderal
Sebelumnya, pihak militer yang dikenal dengan nama Tatmadaw menuduh adanya kecurangan suara besar-besaran dalam pemilu tersebut, meskipun mereka gagal memberikan bukti kuat.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) negara itu pun menolak tuduhan tersebut pada pekan lalu.
Lembaga ini telah menolak tuduhan militer terkait kecurangan suara, dengan mengatakan tidak ada kesalahan yang cukup besar untuk mempengaruhi kredibilitas pemungutan suara.
Perlu diketahui, militer mengontrol tiga kementerian utama dalam pemerintahan Suu Kyi.