Krisis Myanmar: Wanita Ditembak di Kepala, Dokter Sebut Dia Kehilangan Fungsi Otak
Kudeta militer di Myanmar menyebabkan gelombang protes dari masyarakat hingga berujung korban.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
Selain itu seorang demonstran lain mengalami cedera di dada dan sedang menjalani perawatan intensif.
Menurut laporan Human Rights Watch, seorang dokter dari rumah sakit mengatakan wanita itu memiliki "proyektil yang bersarang di kepalanya dan telah kehilangan fungsi otak yang signifikan."
Dokter menjelaskan bahwa luka wanita itu terjadi karena peluru tajam dan peluru logam menembus bagian belakang telinga kanannya.
Seorang pria yang terluka pada protes yang sama juga tampaknya memiliki luka serupa.
Laporan terpisah oleh Fortify Rights mengutip seorang dokter yang mengatakan, wanita itu mati otak karena "luka tembak yang fatal di kepala."
Sebelumnya, sebuah video yang menunjukkan wanita diduga sedang ditembak beredar secara online.
Rekaman menunjukkan wanita yang mengenakan helm motor tersebut tiba-tiba roboh.
Secara terpisah, gambar yang viral di media sosial menunjukkan helm yang berlumuran darah.
Namun belum ada penjelasan dan konfirmasi mengenai keaslian gambar tersebut sampai saat ini.
Myanmar punya sejarah panjang terkait aksi massa melawan rezim.
Baca juga: Kudeta Militer Myanmar, Markas Besar Partai Aung San Suu Kyi di Yangon Dihancurkan
Baca juga: Myanmar Memanas, Polisi Bentrok dengan Demonstran Penentang Kudeta Militer
Pada 1988 dan 2007 silam, protes terhadap militer meledak di Myanmar yang dulu dikenal dengan nama Burma ini.
Mirisnya, banyak demonstran dihabisi oleh pasukan keamanan kala itu.
Sedikitnya ada 3.000 pengunjuk rasa yang tewas pada protes 1988 dan 30 orang pada protes 2007.
Pada Selasa malam, militer Myanmar menyerbu markas partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi di kota terbesar negara itu, Yangon, menurut pihak NLD.