Krisis Myanmar: Wanita Ditembak di Kepala, Dokter Sebut Dia Kehilangan Fungsi Otak
Kudeta militer di Myanmar menyebabkan gelombang protes dari masyarakat hingga berujung korban.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Kudeta militer di Myanmar menyebabkan gelombang protes dari masyarakat hingga berujung korban.
Melansir BBC, seorang wanita ditembak tepat di kepalanya saat ikut protes menolak kudeta.
Wanita itu dilaporkan dalam kondisi kritis di rumah sakit di Ibu Kota Nay Pyi Taw.
Dia terluka ketika melakukan protes pada Selasa (9/2/2021).
Baca juga: Militer Myanmar Serbu Markas Besar Partai Aung San Suu Kyi di Yangon
Baca juga: Myanmar Memanas: Empat Terluka, Satu Kritis Akibat Luka Tembak di Kepala
Protes hari itu sempat dibubarkan polisi menggunakan meriam air, peluru karet, dan peluru tajam.
Kelompok HAM menuturkan, luka yang dialami wanita tersebut disebabkan peluru tajam.
Muncul laporan bahwa peserta protes mengalami cedera serius karena polisi meningkatkan kekuatan, namun sejauh ini tidak ada korban jiwa.
Puluhan ribu orang tumpah ke jalan, memprotes kudeta militer yang telah melengserkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Masyarakat tetap melakukan demonstrasi meskipun militer memberlakukan jam malam dan larangan berkerumun.
Aksi ini memasuki hari kelima pada Rabu (10/2/2021), dengan barisan pegawai negeri berkumpul di Nay Pyi Taw.
Pada Selasa lalu, polisi menggunakan meriam air untuk melawan pengunjuk rasa yang menolak mundur.
Menurut laporan, ada bunyi tembakan peringatakan sebelum peluru karet dilancarkan polisi ke arah kerumunan.
Seorang dokter mengatakan, tampaknya amunisi mengenai pengunjuk rasa.
Menurut BBC Burma yang berbicara dengan petugas medis dengan syarat anonim dari rumah sakit Nay Pyi Taw, wanita itu menderita cedera kepala yang serius.