Muammar Gaddafi Hingga Idi Amin, Inilah 5 Tokoh Militer yang Berhasil Lakukan Kudeta
Kudeta militer terjadi ketika ada penggulingan pemerintahan secara tiba-tiba, biasanya oleh militer negara.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kudeta militer terjadi ketika ada penggulingan pemerintahan secara tiba-tiba, biasanya oleh militer negara.
Motif tindakan tersebut adalah untuk mengganti pemerintah yang telah eksis terlebih dahulu dengan badan lain dari militer itu sendiri, atau sipil yang dipilih oleh penguasa.
Kudeta bisa berlangsung tanpa darah dan bisa pula memerlukan tumbal. Tak jarang beberapa kudeta berujung perang saudara yang merenggut banyak korban jiwa.
Baca juga: Militer Myanmar Dilaporkan Mencoba Ambil Hati Warga Rohingya di Tengah Protes Anti-Kudeta
Dilansir dari History, berikut 5 tokoh terkenal yang mampu menembus tampuk kekuasaan melalui jalan kudeta.
1. Napoleon Bonaparte
Segera setelah kembali dari kampanye militernya di Mesir pada Oktober 1799, Napoleon Bonaparte mulai berencana menggulingkan Direktori beranggotakan lima orang yang memerintah Perancis.
Direktori ini dianggap kurang kompeten melaksanakan pemerintahan setelah Revolusi Perancis pecah, mengganti sistem kerajaan menjadi republik.
Dengan dukungan dari beberapa rekan konspirator tingkat tinggi, termasuk dua dari lima anggota direktori, Napoleon mengatur sesi legislatif khusus yang berlangsung di Paris pada 10 November.
Kudeta ini kelak dikenal sebagai Kudeta 18 Brumaire.
Menggunakan kombinasi propaganda, penyuapan, dan intimidasi, dia berharap dapat membujuk legislatif untuk menugaskannya.
Majelis rendah malah membombardirnya dengan pelecehan, mengutuk Napoleon, serta mengusirnya.
Tetapi Napoleon tetap berhasil menang dengan meyakinkan pasukan untuk membersihkan daerah itu.
Baca juga: VIDEO Ini Perlihatkan Sejumlah Polisi Myanmar Berbalik Dukung Demonstran Penentang Kudeta
Dia kemudian membentuk sekelompok kecil badan legislatif yang dipilih sendiri untuk menghapus Direktori dan membuat sistem pemerintahan Konsulat.
Dia dengan cepat menjadi konsul pertama. Setelah itu, Napoleon menyelesaikan konsolidasi kekuasaannya pada 1804 ketika dia menobatkan dirinya sebagai kaisar.
2. Francisco Franco
Ketika koalisi berhaulan kiri memenangi pemilihan Spanyol pada Februari 1936, Jenderal Francisco Franco ditempatkan di sebuah pos terpencil di Kepulauan Canary.
Meski dia mengetahui rahasia plot kudeta di antara sesama perwira militer, dia awalnya ragu-ragu untuk bergabung.
Dia akhirnya menjadi yakin setelah pembunuhan pembalasan terhadap seorang politikus konservatif.
Pada 18 Juli 1936, Franco menyiarkan sebuah manifesto yang memohon kepada militer untuk menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis.
Ketika garnisun tentara di seluruh Spanyol mengindahkan seruannya, dia secara diam-diam terbang dari Kepulauan Canary ke Maroko yang dikuasai Spanyol, tempat pemberontakan dimulai sehari sebelumnya.
Di sana, dia mengambil alih pasukan yang tangguh. Franco mampu membawa mereka menyeberang ke daratan Spanyol dengan bantuan Fasis Italia dan Nazi Jerman.
Baca juga: Kudeta Myanmar: AS Jatuhkan Sanksi pada Junta, Facebook Awasi Konten yang Diunggah Militer
Upaya kudeta itu hanya berhasil sebagian. Franco hanya menguasai sepertiga wilayah dan memicu perang saudara berdarah yang berlangsung selama tiga tahun.
Namun pada akhirnya, dia muncul sebagai pemenang.
Dengan dukungan dari kaum fasis, monarki, kaum bangsawan, dan Gereja Katolik, "El Caudillo" memerintah sebagai diktator Spanyol sampai ajal menjemputnya pada 1975.
3. Muammar Gaddafi
Lahir orang tua suku Badui yang buta huruf, Muammar Gaddafi tumbuh sebagai pembenci monarki Libya dan pendukung Baratnya.
Merasakan kelemahan pemerintahan yang semakin membesar, Gaddafi yang saat itu berusia 27 tahun dan berpangkat kolonel memutuskan merebut kekuasaan pada 1 September 1969.
Ketika itu, Raja Idris sedang berada di luar negeri.
Dengan menumpang kendaraan militer ke kota Tripoli dan Benghazi, dia dan sekitar 70 rekan konspirator mengepung istana kerajaan dan gedung-gedung pemerintah penting lainnya.
Selain itu, mereka memutus komunikasi dan menangkap beberapa pejabat penting lainnya.
Pengawal pribadi raja melakukan perlawanan yang tidak berarti. Kudeta ini dituntaskan dalam waktu dua jam.
Dalam pidato radio pagi itu, Gaddafi memberi tahu rakyat Libya dengan menyebut bahwa rezim "korup" dan "reaksioner" telah digulingkan.
Satuan angkatan darat dengan cepat berkumpul mendukung kudeta, dan dalam waktu beberapa hari militer telah mengendalikan Tripoli dan wilayah Libya lainnya.
Gaddafi segera memaksakan kehendaknya pada semua aspek kehidupan Libya. Dia meredam perbedaan pendapat dan terus-menerus bentrok dengan Amerika Serikat (AS).
Gadaffi memerintah Libya selama 42 tahun sampai terbunuh dalam pemberontakan Arab Spring pada 2011.
4. Idi Amin
Awalnya dikenal sebagai pria sederhana, Idi Amin naik pangkat militer menjadi jenderal tertinggi Uganda.
Meski awalnya Amin adalah sekutu dekat Presiden Uganda Milton Obote, kedua pria tersebut akhirnya mulai saling tidak mempercayai.
Padahal, duo pria itulah yang telah memimpin Uganda merdeka dari Inggris pada 1962.
Tepat sebelum berangkat untuk konferensi di Singapura, Obote diduga diam-diam memerintahkan penangkapan terhadap Amin.
Kabar itu rupanya bocor ke Amin. Dia lantas menanggapi kabar tersebut pada 25 Januari 1971 dengan memindahkan pasukan ke ibu kota Uganda, Kampala.
Ketika itu, Obote masih berada di luar negeri.
Dengan menembakkan senjata otomatis dan mortir, anak buah Amin dengan cepat menguasai bandara dan situs strategis lainnya sebelum mengumumkan kudeta melalui radio.
Meskipun berjanji untuk memulihkan demokrasi, Amin terus memerintah Uganda dengan tangan besi.
Dia membantai sekitar 300.000 lawan politiknya selama delapan tahun pemerintahannya yang brutal.
Setelah digulingkan oleh orang buangan Uganda dan tentara Tanzania, Amin menjalani sisa hidupnya di Arab Saudi tanpa pernah menghadapi tuntutan.
5. Augusto Pinochet
Augusto Pinochet diangkat menjadi panglima tentara Chile pada waktu yang sama ketika dia bergabung dengan plot kudeta yang didukung CIA terhadap orang yang telah mempromosikannya, Presiden Salvador Allende.
Pada 11 September 1973, angkatan laut Chile mengambil alih kota pelabuhan Valparaiso sementara tank dan pasukan maju ke istana presiden di ibu kota Chile, Santiago.
Mengarahkan serangan dari pos komando pinggiran kota, Pinochet memerintahkan dua jet tempur untuk menembakkan roket ke istana.
Saat api meledak ke langit, tentara kemudian menyerbu gedung, mendorong Allende, seorang Marxis yang terpilih secara demokratis, untuk bunuh diri daripada menyerah.
Anak buah Pinochet menghabiskan sisa hari itu, dan berhari-hari setelahnya, mengumpulkan ribuan pendukung Allende untuk disiksa dan, dalam banyak kasus, dieksekusi tanpa pengadilan.
Sementara itu, Pinochet menjalankan pemerintahannya yang diktator selama 17 tahun.
Berita ini tayang di Kompas.com: 5 Tokoh Militer yang Berhasil Melakukan Kudeta, Ada Siapa Saja?