Ribuan Warga Myanmar Hadiri Pemakaman Mya Thwate Thwate, Demonstran yang Meninggal Ditembak Polisi
Setelah mendapatkan perawatan intensif selama 10 hari, Mya Thwate Thwate Khaing meninggal. Sebelumnya, ia ditembak polisi saat melakukan unjuk rasa.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Pravitri Retno W
TRUBUNNEWS.COM - Seorang pekerja toko bahan makanan, Mya Thwate Thwate Khaing, ditembak di kepala oleh polisi saat mengikuti demo memprotes kudeta militer Myanmar.
Mya Thwate Thwate Khaing sempat dirawat dalam perawatan intensif, tetapi meninggal beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke-20.
Menurut laporan wxxinews.org, Mya Thwate Thwate Khaing meninggal karena luka-lukanya pada Jumat (19/2/2021) pagi.
Ia juga menjadi korban tewas pertama yang dikonfirmasi dalam konfrontasi yang sedang berlangsung antara pengunjuk rasa dan militer Myanmar.
Baca juga: Ribuan Orang di Myanmar Hadiri Pemakaman Demonstran yang Tewas Ditembak di Kepala
Baca juga: Junta Militer Myanmar Ancam Demonstran akan Kehilangan Nyawa jika Teruskan Aksi Mogok Nasional
Dikutip dari The Guardian, pada Minggu, pelayat berbaris di pintu masuk ke pemakaman di kota saat mobil jenazah yang membawa tubuh Mya Thwate Thwate Khaing tiba dan dibawa ke krematorium di mana banyak orang telah berkumpul.
Para pelayat kompak mengangkat tangan memberi hormat tiga jari saat kendaraan hitam dan emas itu meluncur perlahan lewat.
Perlu diketahui, tiga jari adalah tanda pembangkangan dan perlawanan yang diadopsi dari negara tetangga Thailand.
Di dalam aula krematorium, tutup peti mati Mya Thwate Thwate Khaing sebagian dilepas untuk memungkinkan melihatnya sekilas sebelum kremasi.
Baca juga: Myanmar di Tengah Aksi Mogok Massal untuk Lawan Kudeta Militer
Baca juga: Facebook Menghapus Fanpage yang Dikelola Militer Myanmar karena Pelanggaran Standar Komunitas
Kudeta Militer Myanmar Menarik Perhatian Negara Lain
Dilansir oleh AP News, tanda-tanda potensi konflik yang tidak menyenangkan menarik perhatian di luar Myanmar.
Di antaranya AS menegaskan kembali mereka mendukung rakyat Myanmar.
Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, mengatakan di Twitter bahwa AS akan mengambil tindakan tegas.
Baca juga: Protes Anti-Kudeta Myanmar: 2 Orang Dilaporkan Tewas, Lainnya Cedera
Baca juga: Menyusul AS, Inggris dan Kanada Jatuhkan Sanksi pada Junta Myanmar
"Terhadap mereka yang melakukan kekerasan terhadap rakyat Burma karena mereka menuntut pemulihan pemerintah yang dipilih secara demokratis."
"Kami menyerukan kepada militer untuk menghentikan kekerasan, membebaskan semua yang ditahan secara tidak adil, menghentikan serangan terhadap jurnalis dan aktivis, dan menghormati keinginan rakyat," kata juru bicara Ned Price di Twitter.