Mengenal Seigo Suga, Putra Sulung PM Jepang yang Jadi Penyebab 11 PNS di-PHK
Agar Seigo tidak dipanggil, 11 pejabat kementerian di-PHK segera, seolah kasus selesai.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebanyak 11 pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang di-PHK karena ditraktir makan malam oleh Seigo Suga, putera sulung PM Jepang Yoshihide Suga.
Seigo Suga bekerja pada perusahaan produksi film dan penyiaran satelit swasta Tohoku Shinsha yang bermarkas di Tokyo, tetapi pendirinya asal Akita, sama seperti Yoshihide Suga.
Diketahui 11 pejabat tersebut ditraktir makan malam senilai puluhan ribu yen per orang oleh Seigo Suga.
Siapa sosok Seigo Suga?
Dia adalah putra tertua Yoshihide Suga, yang berusia 39 tahun, lulus dari Universitas Meiji Gakuin, sebuah universitas mapan, sebuah sekolah Kristen di Tokyo.
Pada tahun 2006, saat Yoshihide Suga menjabat sebagai Menteri Urusan Umum, Seigo Suga menjabat sebagai sekretaris untuk ayahnya selama 9 bulan.
Setelah itu, kemungkinan karena merasa "tidak suka berpolitik", Seigo pindah ke dunia bisnis.
Pada tahun 2008, dia bergabung dengan perusahaan yang didirikan oleh seorang teman Yoshihide Suga, Banjiro Uemura (berasal dari Higashitakizawa, Distrik Yuri, Prefektur Akita) dan juga salah satu protagonis dari insiden ini.
Tohoku Shinsha adalah perusahaan yang terdaftar untuk produksi dan distribusi film, yang berkantor pusat di Akasaka, Minato-ku, Tokyo.
Seigo Suga menjabat sebagai kepala departemen komunitas hiburan di perusahaan tersebut, dan dia menjadi eksekutif senior di usia muda, yang umumnya dianggap sebagai "identitas khusus" karena banyak membantu.
Tohoku Shinsha memiliki saluran TV satelit seperti Saluran Langit Berbintang, Saluran Go dan Shogi, Bioskop (saluran film), dan sebagainya.
Menurut laporan media Jepang, ayah dan anak Tohoku Shinsha telah menyumbangkan kontribusi politik hingga 5 juta yen kepada kelompok politik Yoshihide Suga, yang selanjutnya memperkuat hubungan dekat antara perusahaan dan Yoshihide Suga.
Suga pun sempat mengakui menerima uang tersebut untuk kelompok politiknya untuk dipakai saat kampanye pemilu dirinya di masa lampau.