Dikecam Negara Barat karena Kudeta, Militer Myanmar Malah Ingin Dekati AS dan Ingin Jauhi China
Junta militer Myanmar berusaha mengubah citra buruk mereka di mata pemimpin negara-negara Barat.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Junta militer Myanmar berusaha mengubah citra buruk mereka di mata pemimpin negara-negara Barat.
Salah satu upaya rezim militer ini yakni merekrut mantan pejabat intelijen militer Israel yang dikenal karena membela klien kontroversial.
Ari Ben-Menashe, pelobi Israel-Kanada kelahiran Teheran, dipekerjakan oleh Tatmadaw minggu ini.
Dilansir The Guardian, Ben-Menashe bertugas untuk membantu menjelaskan situasi nyata di Myanmar.
Ben-Menashe, seorang mantan pedagang senjata ini sempat bekerja untuk penguasa lama Zimbabwe Robert Mugabe, junta militer Sudan, dan calon presiden di Venezuela, Tunisia, dan Kirgistan.
Ben-Menashe mengiyakan kabar perekrutannya oleh junta militer Myanmar.
Baca juga: Kudeta Myanmar: Puluhan Ribu Orang Lakukan Protes di Jalanan, Menyusul Penggerebekan Aktivis Oposisi
Baca juga: Demonstran Myanmar Lawan Senjata Militer dengan Rok dan Pakaian Dalam Perempuan
Dalam sebuah wawancara, dia mengaku akan dibayar dengan nominal besar jika sanksi terhadap militer Myanmar dicabut.
Diketahui pejabat tinggi militer Myanmar dijatuhi sanksi oleh pemimpin dunia karena dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan dan melakukan kudeta.
Ben-Menashe mengatakan perusahaan konsultan politiknya, Dickens & Madson Canada, disewa jenderal Myanmar untuk membantu berkomunikasi dengan AS dan negara lainnya.
Menurut militer Myanmar, negara Barat salah paham terhadap mereka.
Lebih lanjut, Ben-Menashe yang mewaliki junta militer, menyiratkan bahwa Aung San Suu Kyi sebenarnya punya andil besar dalam kekerasan terhadap etnis Rohingya.
Pemimpin de facto yang dikudeta pada 1 Februari itu juga dikatakan mendorong Myanmar ke bawah pengaruh China.
Kerjasama militer dengan Ben-Menashe terungkap disaat protes anti-kudeta meledak di Myanmar, pada Minggu (7/3/2021).
Padahal di malam sebelumnya, pemimpin gerakan dan pentolan demo digerebek tentara.