Pengakuan Demonstran Myanmar Dipukuli dengan Senapan dan Ditembak Jarak Dekat: Itu Seperti Neraka
Beberapa pengunjuk rasa Myanmar bercerita penyiksaan yang dia alami selama sekitar 4 jam ditahan militer di Myeik, Tanintharyi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Sebelumnya anggota NLD, U Khin Maung Latt dilaporkan meninggal setelah disiksa, beberapa jam setelah dia dibawa dari rumahnya oleh tentara dan polisi.
Setidaknya 2.000 orang telah ditahan oleh rezim dalam kudeta sejak 1 Februari 2021.
Para tahanan itu termasuk pemerintah sipil, anggota parlemen, pejabat pemilihan, pengunjuk rasa, dan pegawai negeri yang bergabung dengan gerakan anti-kudeta.
Baca juga: Suster Ann Roza Kisahkan Keberaniannya Berlutut Lindungi Demonstran di Depan Aparat Myanmar
Baca juga: Junta Militer Myanmar Tuding Aung Suu Kyi Terima Dana Ilegal 600 Ribu Dolar AS
Sekitar setengah dari kelompok yang ditangkap di Myeik pada Selasa dibebaskan sore itu.
Enam pengunjuk rasa wanita dan setidaknya 20 pria di antaranya tidak dibebaskan dan dijatuhi hukuman satu bulan penjara.
Adapun para demonstran yang dibebaskan diminta menulis pernyataan tidak melakukan demo lagi.
"Mereka (militer) bilang jika kami ditangkap kembali, keluarga kami akan mengambil mayat kami," kata Ko Thura.
Namun, dia mengatakan akan kembali ke jalan setelah pulih dari luka-luka.
Pengunjuk rasa yang disiksa ini meminta komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan AS, untuk mengambil tindakan terhadap rezim militer.
"Tentara mengatakan kepada kami untuk tidak bergantung pada bantuan dari PBB dan AS saat mereka memukuli kami."
"Tapi demokrasi harus dipulihkan. Saya tidak berani memikirkan apa yang akan terjadi jika kami tidak mendapatkannya kembali," kata Thura.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)