Pandemi Covid-19 Picu Rasa Kesepian, Jepang Bentuk Kementerian Khusus
WHO mengatakan pemutusan hubungan sosial selama masa pandemi Covid-19 yang diberlakukan pemerintah banyak negara, telah menimbulkan krisis.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pemutusan hubungan sosial selama masa pandemi virus corona (Covid-19) yang diberlakukan pemerintah banyak negara, telah menimbulkan krisis kesehatan serius bagi masyarakat.
Penerapan kebijakan sistem pembatasan yang ketat pada pekerjaan dan kehidupan sosial ini pun mendorong banyak orang untuk tinggal di dalam rumah dan tidak bergaul dengan orang lain.
'Kesepian' telah menjadi ciri utama pandemi Covid-19 bagi banyak orang di dunia.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (23/3/2021), di Jepang, pemerintahnya bahkan membentuk Kementerian Kesepian, sebuah inisiatif yang muncul setelah negara itu mengalami lonjakan angka bunuh diri pada tahun lalu.
Baca juga: Alasan Orang Indonesia Sulit Menjaga Jarak Fisik Saat Pandemi Covid-19
Baca juga: Selama 10 Tahun 614 Warga Jepang Meninggal karena Kesepian
Bulan lalu, Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa penduduknya, khususnya kaum perempuan, tengah berjuang menghilangkan rasa kesepian.
Suga pun mendesak menteri barunya untuk mencari solusi dari masalah tersebut.
Menurut angka sementara yang dikeluarkan oleh Badan Kepolisian Nasional negara itu, sebanyak 20.919 orang tewas pada tahun 2020.
Angka ini mengalami peningkatan sebanyak 750 jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu di Inggris Raya, di tengah masa pandemi, badan amal juga melaporkan peningkatan kasus kesepian di kalangan kaum lanjut usia (lansia).
Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris oleh PLOS ONE pada September 2020, 36 persen dari orang yang diwawancarai melaporkan bahwa mereka 'kadang-kadang atau sering' merasa kesepian selama pandemi.
Seperti yang disampaikan seorang Psikolog Klinis, Dr. Joshua Klapow.
"Individu yang tidak memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat untuk memulai dan mungkin pada akhirnya diisolasi oleh penyakitnya, adalah kelompok yang rentan. Mereka tinggal sendiri dan keluarganya tidak dapat mengunjungi mereka, mereka berisiko tinggi depresi karena tidak dapat didukung oleh keluarga, teman atau organisasi keagamaan, isolasi itu bisa menyebabkan kesepian," kata Dr Klapow.
Menurutnya, rasa kesepian dapat memicu tindakan ekstrem seperti bunuh diri dan penggunaan obat-obatan terlarang.
"Saat kesepian muncul, mereka merasa putus asa, memiliki perasaan tidak berdaya yang biasanya dapat menyebabkan depresi atau penggunaan narkoba," pungkas Dr Klapow.