Kelompok ISIS Kuasai Kota Palma di Mozambik
Pertempuran sengit dengan kelompok militan di Kota Palma, Mozambik meninggalkan jejak mayat tanpa kepala di jalanan pada Senin (29/3/2021).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Malvyandie Haryadi
"Ada pertempuran di jalanan, di kantong-kantong di seluruh kota," kata Lionel Dyck, direktur Dyck Advisory Group, perusahaan militer swasta yang disewa polisi Mozambik memerangi militan.
Kelompok Dyck memiliki beberapa helikopter tempur di Palma yang telah digunakan untuk menyelamatkan warga sipil yang terperangkap dan untuk melawan pemberontak.
"Orang-orang saya mengudara dan mereka terbagi dalam beberapa kelompok kecil dan melibatkan satu kelompok yang cukup besar," kata Dyck.
"Mereka melakukan pertempuran untuk memulihkan beberapa polisi yang terluka. Kami juga telah menyelamatkan banyak orang yang terjebak, 220 orang pada hitungan terakhir."
Dia mengatakan mereka yang diselamatkan dibawa ke areal milik Total di semenanjung Afungi, Afrika Selatan.
Lebih lanjut Dyck menjelaskan bahwa para militan bersenjata lengkap dengan senapan otomatis AK-47, senapan mesin RPD dan PKM.
"Serangan ini bukanlah kejutan. Kami telah memperkirakan Palma akan didera saat hujan berhenti dan musim pertarungan dimulai, yaitu sekarang," katanya.
"Mereka memiliki takik dalam kemampuan mereka. Mereka lebih agresif. Mereka menggunakan mortir," jelas Dyck, menambahkan para militan itu menggunakan pakaian serba hitam.
Baca juga: Pengakuan Perusahaan Mozambik Soal Amonium Nitrat yang Meledak di Beirut: Kami Memesannya tapi . . .
Baca juga: Antisipasi Serangan Drone, Pusdik Kavaleri Pelajari Perang Azerbaijan-Armenia
"Sudah banyak pemenggalan. Tepat pada hari pertama, orang-orang kami melihat para pengemudi truk membawa jatah ke Palma. Mayat mereka di dekat truk. Kepala mereka putus," lanjutnya.
Dyck mengatakan tidak akan mudah bagi pemerintah Mozambik untuk mendapatkan kembali kendali atas Palma.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengutuk kekerasan di Palma, dimana dilaporkan telah menewaskan puluhan orang.
Pertempuran di Palma akan memperburuk krisis kemanusiaan di provinsi Cabo Delgado utara Mozambik, tempat pemberontak memulai serangan kekerasan pada 2017.
Pemberontakan dimulai dari beberapa kelompok pemuda yang tidak puas dan menganggur.
Mereka sekarang kemungkinan berjumlah ribuan, menurut para ahli.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)