Kisah Pilu Sejumlah Bocah Menangisi Temannya yang Ditembak Mati Aparat Myanmar saat Bermain
Seorang bocah berusia 13 tahun tewas ditembak aparat Myanmar, video ratapan teman-temannya jadi sorotan dunia internasional.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Cerita memilukan kembali datang dari konflik perebutan kekuasaan yang tengah terjadi di Myanmar.
Kali ini, cerita memilukan menimpa seorang bocah berusia 13 tahun yang ditembak mati oleh pasukan militer Myanmar.
Akibat peristiwa tragis itu, sejumlah bocah yang merupakan teman bermain korban menangisi kepergiannya.
Baca juga: Setelah Serangan Diam, Demonstran Gunakan Taktik Baru Serangan Sampah untuk Lawan Junta Myanmar
Baca juga: Korban Kekerasan Rezim Militer Myanmar Bertambah, Total Lebih dari 500 Orang
Dalam sebuah video yang berhasil terekam, teman-teman korban tampak menangis tersedu-sedu.
Mereka juga tampak menyesalkan kejadian itu dengan terus mengusap-usap tutup peti mati korban.
Dikutip dari Daily Mail pada Selasa (30/3/2021), korban kebiadaban aparat tersebut bernama Sai Wai Yan.
Diketahui, ia ditembak mati oleh aparat di daerah Yangon, Myanmar pada Sabtu (27/3/2021) lalu.
Ratapan temannya yang menangisi kepergian Sai Wai Yan pun menjadi viral dan mendapat sorotan dari dunia internasional.
Dalam video juga menunjukkan, beberapa temannya harus digendong oleh orang dewasa untuk melihat jasad terakhir Sai Wai Yan sebelum dimakamkan pada Minggu (28/3/2021) lalu.
Kejadian yang menewaskan Sai Wai Yan ini bermula kala ia dan seorang temannya tengah asyik bermain bersama di teras rumah di wilayah Mingalar Taungnynt.
Baca juga: AS akan Menyetop Perdagangan Diplomatik dengan Myanmar sampai Kudeta Dicabut
Baca juga: Thailand Bersiap Hadapi Potensi Eksodus Pengungsi dari Myanmar
Kemudian, secara tiba-tiba para tentara datang dan meletuskan beberapa tembakan.
Sontak, Sai Wai dan temannya langsung berlari sembari bergandengan tangan untuk menyelamatkan diri.
Sayangnya, saat tengah berlari, tembakan aparat tepat mengenai kepala Sai Wai hingga membuatnya ambruk.
Meski barikade telah dipasang di daerah tersebut, rupanya pasukan keamanan tetap memberondong tembakan.
Padahal, menurut keterangan penduduk, saat itu tidak ada aksi protes.
Seorang tetangga pun mengatakan, jasad Sai Wai akhirnya dibawa menggunakan plastik biru.
"Rambutku diwarnai oleh temanku (Sai Wai) 2 hari sebelum ia tiada. Katanya, sebentar lagi festival Thingyan, jadi ia mengecatnya untukku," ungkap seorang teman Sai Wai.
Baca juga: Militer Myanmar Lukai Balita dan Kembali Tembak Mati Warga Sipil, Total Korban Tewas 459 Orang
Baca juga: Junta Militer Myanmar Lancarkan Serangan Udara, Ribuan Orang Melarikan Diri ke Thailand
Tak hanya temannya saja yang meratapi kepergiannya, sang Ibunda pun disebut tak henti-henti meratapi nasib putranya.
"Benarkah kamu meninggalkan ibumu? Bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpamu, anakku?" tangis sang Ibu di samping peti mati putranya pada Minggu (28/3/2021).
Sementara itu, para pelayat mengacungkan tiga jari saat kepergian peti mati tersebut.
Diketahui, Sai Wai adalah salah satu dari 100 orang lebih yang tewas pada Sabtu (27/3/2021).
Sabtu saat itu adalah hari paling berdarah sejak kudeta berlangsung sekitar dua bulan lalu.
Tentara dan polisi disebut telah membunuh ratusan orang, termasuk anak-anak, dalam penindasan brutal terhadap aksi protes massa yang menuntut pemulihan demokrasi.
Menurut laporan PBB, setidaknya 114 orang tewas pada Sabtu (27/3/2021).
Sementara itu, berdasarkan data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), korban tewas akibat tindakan keras sejak kudeta 1 Februari telah bertambah menjadi setidaknya 459 orang.
Baca juga: Pengunjuk Rasa Anti-Kudeta Myanmar & Pelayat Turun ke Jalan di Tengah Laporan Pembunuhan di Yangon
Baca juga: Ketika Korban Berjatuhan dalam Demo, Militer Myanmar Gelar Pesta Mewah Hari Angkatan Bersenjata
AAPP mengatakan, 13 orang lagi tewas pada Minggu (29/3/2021) saat diadakan pemakaman untuk beberapa korban.
Di sisi lain, menurut laporan Myawaddy TV yang dikelola militer, korban tewas pada Sabtu (27/3/2021) hanya berjumlah 45 orang.
Mereka pun berdalih tindakan keras diperlukan lantaran demonstran telah menggunakan senjata dan bom terhadap pasukan keamanan.
Adapun, menurut data terbaru yang diterima Reuters, korban jiwa masih terus bertambah setiap harinya di Myanmar.
Hingga Selasa (30/3/2021), diketahui jumlah korban jiwa telah mencapai 510 orang sejak kudeta Myanmar dimulai pada 1 Februari lalu.
Berita lain terkair Krisis Myanmar
(Tribunnews.com/Maliana)