Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Militer Myanmar Telah Bunuh Lebih dari 500 Orang dalam 2 Bulan, Apa Peran Komunitas Internasional?

Militer Myanmar telah membunuh lebih dari 500 orang dalam 2 bulan. Lantas apa peran komunitas internasional untuk atasi konflik ini?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Militer Myanmar Telah Bunuh Lebih dari 500 Orang dalam 2 Bulan, Apa Peran Komunitas Internasional?
Handout / FACEBOOK / AFP
Foto ini diambil dan diterima atas izin sumber anonim melalui Facebook pada 1 April 2021 menunjukkan pengunjuk rasa membakar salinan konstitusi 2008 selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay Myanmar. Militer Myanmar telah membunuh lebih dari 500 orang dalam 2 bulan. Lantas apa peran komunitas internasional untuk atasi konflik ini? 

TRIBUNNEWS.COM - Awal 1 Februari 2021 lalu, para pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi Myanmar (partai pro-demokrasi di negara itu), ditahan selama penggerebekan militer dan ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Pagi harinya, orang-orang Myanmar melihat tank-tank besar meluncur di kawasan pejalan kaki, pasukan polisi berkeliaran di jalan, dan junta militer sekali lagi mengambil alih kekuasaan.

Militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, mengklaim pemilihan umum pada November 2020 di negara itu telah dicurangi untuk mendukung NLD, meskipun tidak ada bukti untuk mendukung klaim mereka.

Junta segera membatasi akses media dan internet dan memasang jam malam yang ketat.

Mynamar telah menghabiskan lebih dari 50 tahun di bawah kekuasaan militer sebelum dipindahkan ke pemerintahan sipil pada tahun 2011.

Baca juga: Dewan Keamanan PBB Diminta Segera Bertindak Hindari Pertumpahan Darah di Myanmar

Baca juga: Negara Bagian India Izinkan Pengungsi Myanmar Masuk Ke Wilayannya

Sekarang, warga Burma seperti kembali ke masa lalu.

Tapi kali ini, rakyat turun ke jalan untuk melawan.

Foto yang diambil dan diterima dari sumber anonim melalui Facebook pada 29 Maret 2021 ini menunjukkan pengunjuk rasa ikut serta dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Monywa, wilayah Sagaing.
Foto yang diambil dan diterima dari sumber anonim melalui Facebook pada 29 Maret 2021 ini menunjukkan pengunjuk rasa ikut serta dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Monywa, wilayah Sagaing. (Handout / FACEBOOK / AFP)
BERITA TERKAIT

Sejak itu, lebih dari 500 warga sipil tewas selama protes yang menentang pemerintahan Tatmadaw, INSIDER mengabarkan.

Pengunjuk rasa Myanmar terus maju meski ratusan orang jadi korban

Junta merebut kekuasaan pada 1 Februari, menyebabkan Myanmar jatuh ke dalam kekacauan politik.

Dalam beberapa hari, orang Burma mulai turun ke jalan untuk memprotes secara damai terhadap kudeta. Banyak yang melakukan penghormatan tiga jari dari "The Hunger Games", sebuah simbol oposisi terhadap pemerintahan tirani.

Para migran Myanmar di Thailand menunjukkan salam tiga jari dan foto pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi yang ditahan pada sebuah protes terhadap kudeta militer di negara asal mereka, di depan gedung ESCAP PBB di Bangkok pada 22 Februari 2021.
Para migran Myanmar di Thailand menunjukkan salam tiga jari dan foto pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi yang ditahan pada sebuah protes terhadap kudeta militer di negara asal mereka, di depan gedung ESCAP PBB di Bangkok pada 22 Februari 2021. (Mladen ANTONOV / AFP)

Pengunjuk rasa anti-junta Burma terlibat dalam pembangkangan sipil dengan niat damai, bukan kekerasan.

Tetapi mereka menghadapi kekerasan brutal dari anggota militer dan polisi.

Kekerasan terjadi secara bergelombang selama dua bulan berikutnya, mencapai puncaknya akhir Maret lalu ketika bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan negara itu menewaskan 114 orang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas