62 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson Terancam Harus Dibuang Jika Terbukti Terkontaminasi
Setelah 15 juta dosis vaksin Covid-19 Johnson & Johnson rusak, kini 62 juta dosis lainnya dilaporkan terancam dibuang jika terbukti terkontaminasi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Presiden Biden juga menegaskan bahwa dia akan menggunakan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk mempercepat produksi peralatan, mesin, dan pasokan yang diperlukan.
Dilansir Prevention, berikut ini semua yang perlu Anda ketahui tentang vaksin Johnson & Johnson, termasuk cara kerjanya, kemanjurannya, dan efek sampingnya, serta perbandingannya dengan vaksin lain yang tersedia di AS sejauh ini.
Seberapa efektif vaksin COVID-19 Johnson & Johnson?
Persetujuan FDA didasarkan pada data dari uji klinis Fase 3 global Johnson & Johnson.
43.783 orang secara acak diberi plasebo atau vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.
Analisis FDA, yang menggunakan data dari 39.321 peserta, menemukan bahwa vaksin Johnson & Johnson sekitar 66% efektif mencegah COVID-19 sedang hingga parah setidaknya 28 hari setelah vaksinasi.
Saat melihat data di AS secara khusus, angka itu meningkat menjadi sekitar 74%.
Terlebih lagi, vaksin ini menjadi sekitar 77% efektif untuk mencegah bentuk COVID-19 yang parah atau kritis setidaknya 14 hari setelah vaksinasi, dan 85% efektif 28 hari setelah vaksinasi.
Kemanjuran vaksin terhadap COVID-19 sedang hingga parah memang menurun di Afrika Selatan, yaitu hanya 64% efektif setelah 28 hari.
Penurunan itu kemungkinan disebabkan oleh varian yang sangat menular (B.1.351) yang mendominasi wilayah tersebut, kata Richard Watkins, MD, seorang dokter penyakit menular dan profesor penyakit dalam di Northeast Ohio Medical University.
"Meskipun Pfizer-BioNTech dan Moderna sama-sama menawarkan vaksin COVID-19 dengan kemanjuran 95%, setiap vaksin yang ditawarkan kepada Anda akan menawarkan perlindungan yang kuat, terutama karena semuanya telah terbukti melindungi dari penyakit parah dan kematian, dua hasil terburuk," kata Dr. Watkins.
Ia mengatakan perlu dicatat bahwa "vaksin flu biasanya efektif hingga 60%," dan suntikan tahunan itu memainkan peran integral dalam mengurangi rawat inap dan kematian terkait flu setiap tahun.
"Yang paling penting dari vaksin adalah bukan seberapa baik vaksin itu melindungi dari penyakit simptomatik, tetapi seberapa baik vaksin itu melindungi dari penyakit parah," kata pakar penyakit menular Amesh A. Adalja, M.D., peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security.
"Ini adalah tiga vaksin yang sangat mujarab," ujar Anthony Fauci, MD, ahli penyakit menular terkemuka yang menerima vaksin Moderna, kepada CNN pada akhir Februari.