Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Junta Myanmar Klaim Demonstran yang Dibunuh Pasukannya 248 Orang, Beda dengan Catatan AAPP 614 Orang

Junta Myanmar mengkalim demonstran yang dibunuh pasukannya ada 248 orang, angka kematian itu berbeda dengan laporan AAPP yang mencatat 614 kematian.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Junta Myanmar Klaim Demonstran yang Dibunuh Pasukannya 248 Orang, Beda dengan Catatan AAPP 614 Orang
Handout / FACEBOOK / AFP
Foto ini diambil dan diterima atas izin sumber anonim melalui Facebook pada 9 April 2021, menunjukkan pengunjuk rasa mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di kota Mogok, utara Mandalay. 

Perwakilan negara-negara tersebut juga ingin tindak kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan dihentikan, dan semua tahanan politik dibebaskan.

"Kami berdiri bersama untuk mendukung harapan dan aspirasi semua orang yang percaya pada Myanmar yang bebas, adil, damai dan demokratis."

"Kekerasan harus dihentikan, semua tahanan politik harus dibebaskan dan demokrasi harus dipulihkan," tulis 18 duta besar.

Adapun 18 duta besar yang menandatangani pernyataan tersebut di antaranya, duta besar Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Kanada, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Swiss dan beberapa negara Eropa lainnya.

Foto ini diambil dan diterima atas izin sumber anonim melalui Facebook pada 1 April 2021 menunjukkan pengunjuk rasa membakar salinan konstitusi 2008 selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay Myanmar.
Foto ini diambil dan diterima atas izin sumber anonim melalui Facebook pada 1 April 2021 menunjukkan pengunjuk rasa membakar salinan konstitusi 2008 selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay Myanmar. (Handout / FACEBOOK / AFP)

Menanggapi pernyataan itu, Zaw Min Tun mengatakan menghomati saran dari negara tetangga dan negara-negara besar.

Pihak Junta pun menghormati pendapat-pendapat orang-orang kuat dalam politik untuk Myanmar.

"Saran dari negara tetangga dan negara besar serta orang-orang kuat dalam politik, kami menghormati mereka," kata Zaw Min Tun.

Berita Rekomendasi

Zaw Min Tun kemudian membantah laporan bahwa beberapa anggota komunitas internasional tidak mengakui Junta.

Diakui Zaw Min Tun, justru Junta menjalin kerjasama dengan negara tetangga dan negara asing lainnya.

Berbeda dengan pengakuan Zaw Min Tun, utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener mengatakan telah ditolak oleh para jenderal.

Christine Schraner Burgener mengatakan, dirinya ingin mengunjungi Myanmar dan telah tiba di Bangkok, Thailand pada Jumat (9/4/2021).

"Saya menyesal Tatmadaw (Angkatan Bersenjata Myanmar) menjawab saya kemarin karena mereka tidak siap menerima saya," kata Christine Schraner Burgener.

Baca juga: Inggris Izinkan Duta Besar Myanmar yang Dikudeta untuk Tetap Tinggal

Adapun maksud kedatangan Christine Schraner Burgener adalah untuk berdialog dengan Junta.

Sebab, menurutnya, tindak kekerasan yang dilakukan Junta dalam menanggapi aksi protes warga sipil tidak akan pernah menghasilkan perdamaian.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas