Menlu Rusia Peringatkan Turki yang Pasok Drone Militer ke Ukraina
Rusia dan Ukraina yang didukung AS dan NATO, sedang terlibat perselisihan berlanjut terkait konflik wilayah di Donbas-Luganks.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan Turki dan negara-negara lain agar tidak mendorong "penguatan militerisme" di Ukraina.
Lavrov mengatakan hal itu seusai bertemu Menlu Mesir Sameh Shoukry di Kairo, Senin (12/4/2021). Peringatan Lavrov bertujuan mencegah pertumpahan darah melibatkan Turki.
“Kami mendesak semua negara yang bertanggung jawab yang berkomunikasi dengan kami, termasuk Turki, untuk menganalisis situasi dan selalu pernyataan berapi-api rezim di Kiev, dan kami memperingatkan mereka menentang mendorong militerisme (di Ukraina)," kata Lavrov.
Rusia dan Ukraina yang didukung AS dan NATO, sedang terlibat perselisihan berlanjut terkait konflik wilayah di Donbas dan Luganks antara kelompok lokal dan militer Kiev.
Militer Rusia meningkatkan kehadiran di perbatasan dengan Ukraina, yang memicu kekhawatiran terjadinya perang skala penuh di perbatasan.
Baca juga: Ukraina Laporkan 1 Tentara Tewas dalam Serangan Artileri Kelompok Separatis yang Didukung Rusia
Dikutip Al Masdar News Network, Selasa (13/4/2021), Lavrov secara khusus menunjuk Ankara yang dilobi Ukraina agar memasok drone militer ke Kiev. Presiden Ukraina Vladimir Zelensky baru-baru ini berkunjung ke Turki.
Di akhir pembicaraannya dengan Zelensky, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kerja sama militer antara Ankara dan Kiev tidak ditujukan kepada negara ketiga.
Perusahaan Turki Baykar, yang memiliki spesialisasi teknologi pesawat tak berawak, mengungkapkan Ukraina membeli sejumlah drone Bayraktar.
Drone Bayraktar terbukti efektif dalam palagan perang di Nagorno Karabakh. Azerbaijan merebut kembali wilayah itu dari tangan Armenia, berkat dukungan penuh Turki.
Perang di Ukraina tenggara itu yang terjadi dalam skala penuh akan mengancam keamanan Rusia. Kremlin telah menjanjikan tindakan mencegah bencana kemanusiaan terjadi.
Krisis itu menurut juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitri Peskov, bisa memunculkan alasan kuat Moskow campur tangan mencegah situasi jadi memburuk.
Peskov akhir pecan lalu mengungkapkan terjadi serangkaian peningkatan ketegangan yang mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir antara pasukan Kiev dan militan separatis di Donbass.
"Situasi di jalur kontak di Ukraina sangat tidak stabil," katanya. "Dinamika perkembangan keadaan ini, dan perilaku pihak Ukraina, menciptakan bahaya dimulainya kembali permusuhan skala penuh."
Juru bicara Kremlin menambahkan bahwa wabah seperti itu akan menimbulkan ancaman bagi keamanan Rusia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.