Harga Makanan Makin Naik, Lebanon Hadapi Ramadan yang Sulit di Tengah Krisis Ekonomi
Harga makanan di Lebanon dilaporkan melonjak di tengah krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam beberapa dekade.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Banyak keluarga muslim di Lebanon berjuang untuk membeli makanan selama bulan suci Ramadan.
Harga makanan melonjak di tengah krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam beberapa dekade.
Warga Beirut, Um Ahmed mengatakan kepada Al Jazeera, harga sepiring salad enam kali jauh lebih mahal tahun ini dibanding sebelumnya.
"Harganya gila-gilaan bahkan naik lebih banyak selama Ramadan," ucapnya, seperti dikutip Tribunnews dari Al Jazeera.
"Apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita mengemis? Kami tidak terbiasa mengemis," tuturnya.
Baca juga: Menkes Budi Ingatkan Kepala Daerah Tetap Jalankan Vaksinasi Selama Ramadan
Baca juga: Makanan Ini Dapat Membuat Perut Kenyang Selama Menjalankan Puasa Ramadan
Makanan jadi Barang Mewah
Zeina Khodr dari Al Jazeera, melaporkan dari Beirut, mengatakan bahwa bagi jutaan orang di Lebanon, makanan menjadi barang mewah.
Ekonomi dan mata uang Lebanon telah terjun bebas dan daya beli masyarakat berkurang.
Mata uang Lebanon, pound turun menjadi 10.000 terhadap dolar AS pada awal Maret 2021.
Kemudian [ada bulan itu, turun menjadi 15.000 dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Mata uang tersebut telah kehilangan sekitar 90 persen nilainya sejak akhir 2019.
"Mereka yang dulu membeli satu kilo sayuran sekarang membeli setengahnya, sementara yang lain membeli per potong. Beberapa pergi begitu saja setelah mengetahui harganya,"kata Ahmed, seorang penjual sayur.
Baca juga: Mentan SYL Ajak Petani Tetap Khusyuk Bekerja di Bulan Puasa
Harga Melonjak
Satu bulan makan buka puasa untuk sebuah keluarga beranggotakan lima orang sekarang diperkirakan menelan biaya dua setengah kali lipat dari upah minimum yang bernilai $ 60 pada harga pasar gelap.