Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

POPULER Internasional: Ironi Kelangkaan Vaksin Covid-19 di India | Wanita Mengamuk di Pameran Mobil

Setelah dikenal sebagai negara yang mengekspor puluhan juta dosis vaksin virus corona ke banyak negara di dunia, India tiba-tiba mengalami kelangkaan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
zoom-in POPULER Internasional: Ironi Kelangkaan Vaksin Covid-19 di India | Wanita Mengamuk di Pameran Mobil
Kolase Tribunnews
POPULER Internasional: Ironi Kelangkaan Vaksin Covid-19 di India | Wanita Mengamuk di Pameran Mobil 

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak dalam artikel ini.

Setelah dikenal sebagai negara yang mengekspor puluhan juta dosis vaksin virus corona ke banyak negara di dunia, India tiba-tiba mengalami 'kelangkaan' vaksin.

Sementara itu, kantor berita Iran melaporkan putra mahkota Saudi telah terlibat dalam plot kudeta di Yordania baru-baru ini.

Di Amerika, kecelakaan terjadi melibatkan mobil tanpa sopir, kegagalan fitur autopilot diduga menjadi penyebabnya.

Sedangkan di China, seorang wanita mengamuk di pameran mobil memprotes merek mobil yang menyebabkan ayahnya mengalami kecelakaan.

1. Peran India Kini Bergeser dari 'Pengekspor' Menjadi 'Importir' Vaksin Massal

Setelah dikenal sebagai negara yang memberikan dan menjual puluhan juta dosis vaksin virus corona (Covid-19) ke banyak negara di dunia, India tiba-tiba mengalami 'kelangkaan' vaksin.

Berita Rekomendasi

Ini terjadi saat infeksi baru Covid-19 di negara terpadat kedua di dunia itu mengalami lonjakan signifikan terkait kasus virus tersebut.

India mencatat rekor 200.000 kasus infeksi setiap harinya untuk kali pertama sejak Kamis lalu.

Ini mendorong negara tersebut mencoba melakukan vaksinasi pada lebih banyak populasinya menggunakan vaksin yang diproduksi di dalam negeri.

Dikutip dari laman Global News, Selasa (20/4/2021), selain tengah menghadapi kasus yang melonjak secara signifikan dan rumah sakit yang penuh dengan pasien Covid-19 setelah pemerintah memberlakukan pelonggaran sistem penguncian (lockdown), negara di Asia Selatan ini juga tiba-tiba mengubah aturan untuk memungkinkannya mempercepat 'impor vaksin'.

Hal ini tentunya membuat bingung para produsen vaksin, satu di antaranya produsen asal Amerika Serikat (AS), Pfizer.

Sebuah kotak karton vaksin Covishield yang dikembangkan oleh Serum Institute of India (SII) yang berbasis di Pune diturunkan di bandara Mumbai pada tanggal 24 Februari 2021, sebagai bagian dari skema Covax, yang bertujuan untuk mendapatkan dan mendistribusikan inokulasi secara adil di antara semua negara.
Sebuah kotak karton vaksin Covishield yang dikembangkan oleh Serum Institute of India (SII) yang berbasis di Pune diturunkan di bandara Mumbai pada tanggal 24 Februari 2021, sebagai bagian dari skema Covax, yang bertujuan untuk mendapatkan dan mendistribusikan inokulasi secara adil di antara semua negara. (INDRANIL MUKHERJEE / AFP)

India rencananya akan mengimpor vaksin Sputnik V dari Rusia mulai April ini untuk menargetkan vaksinasi terhadap 125 juta orang.

Mirisnya, keputusan ini tentu tidak hanya dapat menghambat perjuangan India untuk mengatasi pandemi, namun juga kampanye vaksinasi bagi lebih dari 60 negara miskin di dunia, terutama di benua Afrika, yang akan berlangsung selama bulan-bulan mendatang.

Perlu diketahui, program COVAX, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan aliansi vaksin GAVI sengaja didirikan untuk memberikan akses yang adil bagi negara miskin dan berkembang di seluruh dunia dalam mendapatkan vaksin Covid-19.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Media Iran Sebut Putra Mahkota Saudi Terlibat Plot Kudeta di Yordania

Ratu Noor dari Yordania, janda mendiang Raja Hussein, dan putranya Putra Mahkota Hamzah Bin Al Hussein menghadiri pertandingan bola basket antara Yordania dan Lebanon 14 Agustus 1999 di Amman.
Ratu Noor dari Yordania, janda mendiang Raja Hussein, dan putranya Putra Mahkota Hamzah Bin Al Hussein menghadiri pertandingan bola basket antara Yordania dan Lebanon 14 Agustus 1999 di Amman. (JAMAL NASRALLAH / AFP)

Kantor berita Iran, Fars News Agency (FNA), Senin 919/4/2021) melaporkan putra mahkota Saudi telah bersyarat setuju bekerja sama dengan Israel dalam plot kudeta gagal di Yordania baru-baru ini.

Pangeran Mohammad bin Salman mendukung upaya penggulingan Raja Yordania Abdullah II, dengan imbalan hak pengelolaan atas kota suci Palestina yang selama ini ada di tangan Yordania.

Menurut laporan media yang dikutip FNA, kudeta baru-baru ini terhadap Raja Abdullah II dari Yordania adalah plot multilateral dan kudeta besar di semua skala yang dikembangkan AS, Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Seorang pejabat Yordania menekankan kudeta tersebut direncanakan oleh Israel karena Raja Abdullah II yang memimpin Yordania menentang rencana perdamaian AS-Israel yang disebut kesepakatan abad ini di era Presiden Trump.

Menurut pejabat tersebut, sikap Yordania mengangkat kekhawatiran ini di Israel masalah tersebut bisa menjadi lampu hijau untuk menghasut orang-orang Palestina yang tinggal di Yordania dan sukunya untuk menentang rencana aksi era Trump itu.

Baca juga: Yordania Resmi Tuduh Pangeran Hamzah Hendak Gulingkan Raja Abdullah II

Baca juga: Pangeran Hamzah Akhirnya Tulis Surat Ikrar Setia Pada Raja Yordania Abdullah II

Baca juga: Raja Yordania dan Saudara Tirinya Tampil di Publik Pertama Kalinya Sejak Isu Keretakan Hubungan

"Untuk alasan ini, pejabat Israel meminta bantuan Riyadh," kata sumber media yang disitir FNA. Plot kudeta di Yordania disebut melibatkan Pangeran Hamzah, yang tadinya ditunjuk sebagai putra mahkota atau pengganti raja Abdullah II jika mangkat.

Pangeran Hamzah sempat dikenai tahanan rumah, pengawalnya dilucuti, dan para pembantu dekatnya ditangkap aparat keamanan Yordania yang loyal pada raja.

Raja Abdullah II membahas keretakan publik yang jarang terjadi di dalam keluarga kerajaan untuk pertama kalinya, dengan mengatakan hasutan yang menyebabkannya rasa sakit dan amarah telah terkubur.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kepada rakyat Yordania, raja berbicara tentang krisis politik terburuk di Yordania dalam beberapa dekade, yang dipicu dugaan persekongkolan yang melibatkan saudara tirinya Pangeran Hamzah.

Krisis dalam keluarga kerajaan meletus selama akhir pekan, ketika Kepala Staf Militer Yordania mengunjungi Pangeran Hamzah dan memperingatkannya untuk berhenti menghadiri pertemuan dengan para pengkritik pemerintah.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Kecelakaan Mobil Tesla di Texas Menewaskan 2 Orang Tanpa Ada yang Menyetir, Investigasi Dilakukan

Kecelakaan mobil Tesla Model S di Houston, Texas AS
Kecelakaan mobil Tesla Model S di Houston, Texas AS (Twitter @MattKHOU)

Regulator keamanan Amerika Serikat akan menyelidiki insiden fatal yang melibatkan mobil Tesla yang menabrak pohon pada Sabtu (17/4/2021) lalu.

Dilansir Business Insider, tak ada orang di kursi sopir saat kecelakaan terjadi.

Dalam pernyataan yang dikirim melalui email kepada Insider pada hari Senin (19/4/2021), Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) mengatakan akan meninjau insiden itu.

"NHTSA mengetahui kecelakaan tragis yang melibatkan kendaraan Tesla di Houston, Texas," kata badan itu.

"NHTSA segera meluncurkan tim Investigasi Kecelakaan Khusus untuk menyelidiki kecelakaan itu."

"Kami secara aktif terlibat dengan penegak hukum lokal dan Tesla untuk mempelajari lebih lanjut tentang detail kecelakaan itu."

"Dan kami akan mengambil langkah yang sesuai saat kami memiliki lebih banyak informasi."

Baca juga: Apa itu Bitcoin? Mata Uang Digital yang Bisa Digunakan untuk Beli Mobil Tesla

Baca juga: Transmisi di Mobil Listriknya Pakai Layar Sentuh, Tesla Kembail Tuai Kontroversi

Badan Keselamatan Transportasi Nasional, yang meninjau insiden transportasi sipil, juga akan mengirim dua penyelidik untuk meninjau kecelakaan itu dan kebakaran pasca-kecelakaan, katanya Senin.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Wanita Mengamuk di Pameran Mobil di China, Tuntut Uang Kembali setelah Ayahnya Alami Kecelakaan

Seorang pemilik mobil Tesla menyebabkan keributan di Pameran Industri Otomotif Internasional Shanghai pada hari Senin (19/4/2021).

Ia melompat ke atas mobil Tesla Model 3 untuk memprotes masalah kontrol kualitas pembuat mobil.

Wanita itu berdiri di atas mobil listrik dengan mengenakan kaus bertuliskan "Invisible Killer" dan "The Brakes Don't Work", menurut The Wall Street Journal.

Dalam video yang diposting ke media sosial, penjaga keamanan terlihat berusaha mengamankan wanita itu dari kerumunan menggunakan payung saat ia berteriak tentang Tesla yang memiliki rem rusak.

Baca juga: Apa itu Bitcoin? Mata Uang Digital yang Bisa Digunakan untuk Beli Mobil Tesla

Baca juga: Transmisi di Mobil Listriknya Pakai Layar Sentuh, Tesla Kembail Tuai Kontroversi

Setelah beberapa saat, dia akhirnya dibawa pergi oleh petugas keamanan.

Wanita yang mengamuk itu dilaporkan adalah pemilik Tesla yang ayahnya mengalami kecelakaan pada bulan Februari lalu.

Demikian menurut pernyataan yang dikeluarkan Tesla di media sosial China yang dilihat oleh Journal.

Ia mengklaim insiden itu adalah akibat dari rem yang rusak.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas