Vaksin COVID-19 Sinopharm Jadi Vaksin China Pertama yang Disetujui WHO, Miliki Keefektifan 79 Persen
Vaksin virus corona (COVID-19) Sinopharm menjadi vaksin buatan China pertama yang disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan telah menyetujui penggunaan vaksin virus corona (COVID-19) dari badan pembuat obat milik negara China, Sinopharm untuk penggunaan darurat, Jumat (7/5/2021).
Vaksin Sinopharm merupakan, satu di antara dua vaksin utama China yang secara kolektif telah diberikan kepada ratusan juta orang di China dan luar negeri.
Dikutip dari Channel News Asia, vaksin Sinopharm juga menjadi vaksin COVID-19 pertama yang dikembangkan oleh negara non-Barat yang mendapat dukungan dari WHO.
Selain itu, ini pertama kalinya WHO memberikan persetujuan penggunaan darurat untuk setiap vaksin China yang menangani penyakit menular.
Persetujuan penggunaan darurat WHO adalah sinyal bagi regulator nasional tentang keamanan dan kemanjuran produk.
Baca juga: Dukung Pengembangan Vaksin Nusantara, HMI MPO Siapkan Relawan Ikuti Penyuntikan Sel Dendritik
Vaksin yang telah mendapat persetujuan akan memungkinkan untuk dimasukkan dalam COVID-19 Vaccines Global Access (COVAX).
COVAX adalah program global untuk menyediakan vaksin terutama bagi negara-negara miskin.
"Sore ini, WHO memberikan daftar penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 Sinopharm Beijing, menjadikannya vaksin keenam yang menerima validasi WHO untuk keamanan, kemanjuran dan kualitas," kata direktur jenderal badan kesehatan PBB Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.
Tedros menambahkan, panel ahli terpisah telah merekomendasikan dua dosis vaksin Sinopharm untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas.
WHO sebelumnya telah memberikan persetujuan darurat untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan minggu lalu, Moderna.
Baca juga: 1,3 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca Tiba di Indonesia Diangkut Qatar Airways
Keputusan untuk menyetujui vaksin Sinopharm diambil oleh kelompok penasihat teknis WHO, yang mulai bertemu pada 26 April untuk meninjau data klinis terbaru serta praktik manufaktur Sinopharm.
Sekelompok pakar WHO, Kelompok Penasihat Strategis Ahli (SAGE) menyuarakan keprihatinan minggu ini atas data yang diberikan oleh Sinopharm tentang risiko efek samping yang serius pada beberapa pasien.
Meski demikian, SAGE tetap yakin dengan kemampuan vaksin untuk mencegah penyakit lebih besar dibandingkan dengan efek sampingnya.
Adapun berdasarkan dokumen yang ditinjau oleh Reuters, SAGE menemukan keefektifan vaksin 78,1 persen setelah dua dosis dalam uji klinis Fase III multi-negara.
Kemudian, pengembang vaksin, Institut Produk Biologi Beijing, sebuah unit anak perusahaan Sinopharm, China National Biotec Group, telah mengumumkan kkeefektifan 79,34 persen.
Baca juga: Banyak Mutasi Virus Covid-19 di Indonesia, Pelaksanaan Vaksinasi Disarankan Dihentikan Sementara
Lebih lanjut, mengenai vaksin yang dibuat oleh Sinovac Biotech, WHO mengatakan pihaknya dapat mencapai keputusan tentang vaksin tersebut, secepatnya minggu depan.
Para ahli teknis akan memeriksanya terlebih dahulu pada Rabu (12/5/2021).
Sebagai informasi, China telah mengerahkan sekitar 65 juta dosis vaksin Sinopharm dan lebih dari 200 juta dosis vaksin Sinovac.
Keduanya telah diekspor ke banyak negara, terutama di Amerika Latin, Asia dan Afrika, yang banyak di antaranya mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan vaksin yang dikembangkan di Barat.
Berita lain terkait Penanganan Covid-19
(Tribunnews.com/Rica Agustina)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.