Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

133 Staf di Fasilitas Rumah Jompo Kobe Jepang Terinfeksi Corona, 25 Lansia Meninggal

April 2021 lalu sebanyak 133 staf sebuah rumah jompo di Kobe Jepang terpapar Covid-19.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in 133 Staf di Fasilitas Rumah Jompo Kobe Jepang Terinfeksi Corona, 25 Lansia Meninggal
Foto Kobe Shimbun
Panti Jompo Sunny Hill di Kobe, Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - April 2021 lalu sebanyak 133 staf sebuah rumah jompo di Kobe Jepang terpapar Covid-19.

Sementara itu sebanyak 25 lansia penghuni panti jompo diketahui meninggal dunia karena terpapar virus corona.

Seorang anggota staf Fasilitas Kesehatan rumah jompo tersebut menanggapi wawancara khusus dengan NHK baru-baru ini menjelaskan situasi klaster yang sebenarnya di fasilitas tersebut.

"Pada bulan April, klaster corona terjadi di fasilitas perawatan lansia "Sunny Hill" di Nagata-ku, Kobe, dan dalam 25 hari hingga tanggal 7 Mei total 133 orang, termasuk 97 warga dan 36 anggota staf, terinfeksi," ungkap sumber tersebut kepada NHK.

Sejauh ini, 25 warga telah meninggal.

Baca juga: Deklarasi Darurat Covid-19 Diperpanjang, Kunjungan Ketua IOC ke Jepang Kemungkinan Ditunda

Staf berkomentar tentang latar belakang penyebaran cepat infeksi di fasilitas tersebut.

Berita Rekomendasi

"Lantai tempat saya berada hanya untuk penderita demensia, dan bahkan jika saya meminta mereka untuk memakai masker, dalam beberapa detik mereka akan melepaskan kembali maskernya," kata dia.

Warga lansia bisa berjalan sendiri dan dalam kondisi sehat.

"Namun saya telah meramalkan bahwa tidak akan kuat lagi saya apabila nantinya terinfeksi. Akhirnya memang jadi positif juga saya," ujarnya.

Tempat tidur di fasilitas Kobe itu sempit dan 3 dokter serta 16 perawat ditempatkan di fasilitas ini.

"Kami pada prinsipnya meminta agar penduduk yang terinfeksi dirawat di fasilitas tersebut. Menurut petugas, ada seorang wanita yang membutuhkan perawatan dengan alat bantu pernapasan karena konsentrasi oksigen di dalam darah turun tajam, namun kalaupun dia meminta transportasi darurat, dia tidak bisa dirawat di rumah sakit karena tidak ada tempat tidur, dan jadinya tidak dirawat di rumah sakit selama 3 hari, kemudian meninggal," jelasnya.

Menurutnya lagi, satu-satunya perawatan yang dapat dilakukan adalah oksigenasi dan infus, "Kita tidak memiliki ventilator. Awak ambulans datang dan mencari rumah sakit, tetapi tidak ada tempat untuk menerimanya, dan saya terpaksa melakukannya mengirimkan pulang ke rumah berkali-kali. Saya juga dirawat di puskesmas. Saya memohon agar pasien diizinkan dirawat di sana, tetapi tidak ada tempat untuk menerimanya, dan para lansia meninggal satu per satu."

Baca juga: Pandemi Covid-19 Dikhawatirkan Menimbulkan KLB pada Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi

Dari 25 orang yang meninggal, hanya dua yang bisa dirawat di institusi medis, dan staf mengatakan bahwa mereka memahami situasi perawatan medis yang sangat ketat saat ini.

"Tiga orang meninggal sehari dan memasukkan mereka ke dalam kantong persalinan. Hal-hal berjalan selama berhari-hari. Saya merasakan sekali penderitaan mereka. Terus terang saya sangat kecewa karena tidak dapat membantu banyak. Saya ingin meminta pemerintah kota dan prefektur untuk tindakan lebih lanjut."

Fasilitas tersebut mengatakan kepada NHK, "Kami sibuk menanggapi dan tidak dapat berkomentar pada tahap ini."

Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang nantinya. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas